Pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter tembaga Manyar yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia atau PTFI resmi beroperasi mulai hari ini, Kamis (27/6). Smelter ini berada di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Smelter ini merupakan syarat yang disepakati ketika Freeport menerima Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dari pemerintah yang memungkinkan perusahaan untuk tetap beroperasi di wilayah pertambangan mineral Grasberg hingga 2031.
Dalam IUPK tersebut, disebutkan bahwa PTFI memiliki hak perpanjangan operasi hingga 2041, dengan syarat menyelesaikan pembangunan smelter baru, yakni smelter Manyar, dan memenuhi kewajiban perpajakan kepada pemerintah.
Dalam IUPK tersebut tertulis bahwa jangka waktu penyelesaian smelter Manyar paling lambat 5 tahun sejak IUPK diterbitkan pada Desember 2018 atau pada Desember 2023. Namun pemerintah memberikan relaksasi tenggat tersebut lantaran proyek terhambat pandemi Covid-19.
Target operasi awal smelter ini yang semula pada Mei 2024 mundur menjadi akhir Juni. Smelter ditargetkan beroperasi dengan kapasitas penuh pada Desember 2024. Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan produksi katoda tembaga akan dimulai pada Agustus.
Tony menyampaikan bahwa meski sudah beroperasi, smelter ini masih membutuhkan waktu 6 hingga 10 minggu untuk memanaskan seluruh komponennya agar mencapai titik panas tertentu. Hal ini dilakukan agar bisa memproses konsentrat tembaga dengan maksimal.
“Konsentrat dimasukkan, kemudian diolah, di furnish itu, dimasak di bentuk anode casting yang tadi kami lihat kemudian dibawa ke electro refinery,” ujarnya dalam acara peresmian operasional smelter di Gresik, Jawa Timur, dipantau dari kanal YouTube Freeport Indonesia, Kamis (27/6).
Smelter Manyar akan menjadi smelter dengan sistem satu jalur atau single line terbesar di dunia, yang menjadi salah satu ujung tombak kebijakan hilirisasi yang dicanangkan pemerintah. Smelter baru Freeport ini juga akan menjadi bagian penting dari ekosistem kendaraan listrik yang sedang dikembangkan di Indonesia.
Cikal Bakal Smelter Manyar
Smelter Manyar berdiri di atas lahan seluas 100 hektare (Ha) yang terletak di Kawasan JIIPE, Gresik, Jawa Timur, yang dikelola oleh PT AKR Corporindo Tbk.
Smelter Manyar adalah smelter kedua PTFI setelah sebelumnya pada 1996 PTFI membangun smelter peleburan tembaga pertama di Indonesia, yang kini dikenal dengan nama PT Smelting Gresik.
Smelter pertama tersebut dibangun sebagai wujud kepatuhan PTFI terhadap Kontrak Karya II atau izin operasi PTFI pada 1991-2018 yang mewajibkan seluruh pemegangnya melakukan proses pengolahan/pemurnian di dalam negeri.
"Kedua fasilitas smelter PTFI ini adalah bentuk nyata komitmen serta keseriusan perusahaan dalam mendukung program hilirisasi nasional," tulis Freeport dikutip dari laman resminya.
Smelter Manyar ini memiliki kapasitas pengolahan 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Hasil pengolahan Smelter Manyar akan ditambahkan dengan kapasitas pengolahan smelter yang telah beroperasi, PT Smelting, dengan kapasitas pengolahan 1 juta ton per tahun.
Dengan demikian, setelah Smelter Manyar beroperasi, PTFI akan mampu mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi 900 ribu ton katoda tembaga dengan rincian 600 ribu ton dari smelter Manyar dan 300 ribu ton dari smelter PT Smelting.
Smelter Manyar juga menghasilkan produk sekunder berupa lumpur anoda untuk pemurnian emas dan perak; asam sulfat untuk memproduksi pupuk, gipsum dan kerak tembaga untuk produksi semen dan beton, serta telurida tembaga yang berguna untuk semikonduktor, aplikasi optik dan pelapisan untuk pembangkit listrik tenaga surya.
Freeport juga membangun fasilitas desalinasi air laut untuk memasok kebutuhan air smelter dan pelabuhan untuk bongkar muat hasil produksi. Proyek ini disebut akan menyerap total 11.000 tenaga kerja, dengan 98% merupakan pekerja Indonesia.
Kendala Pembangunan
Dalam proses pembangunan smelter ini, ada tantangan tersendiri karena lahan yang sebelumnya berupa rawa. Ini menjadi tantangan karena perlunya proses pemadatan tanah.
Freeport memulai pengembangan smelter Manyar pada 2018 setelah menerima perpanjangan IUPK. Namun peletakan batu pertama baru dilakukan pada 12 Oktober 2021 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada akhir 2018, perkembangan proyek ini telah mencapai 2,5%. Kemudian pada Februari 2019 naik menjadi 3,86%.
Disebutkan bahwa progres pembangunan akan meningkat signifikan jika telah memasuki tahap konstruksi. Namun pada akhir 2019, pandemi Covid-19 mulai melanda dunia, hingga pada akhirnya pada Maret 2020 kasus pertama Covid-19 diidentifikasi di Indonesia.
Selama sekitar dua tahun lamanya pemerintah menerapkan berbagai kebijakan pembatasan untuk mencegah virus ini meluas. Mulai dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Baru pada Juni 2023 pemerintah mengubah status pandemi Covid-19 menjadi endemi.
Berbagai kebijakan pembatasan Covid-19 tersebut berdampak pada tersendatnya proyek-proyek smelter, termasuk smelter Manyar milik Freeport. Di dalam IUPK tertulis jangka waktu penyelesaian smelter paling lambat 5 tahun sejak IUPK itu diterbitkan pada Desember 2018, sehingga penyelesaian pembangunan maksimal Desember 2023.
"Pandemi Covid-19 terjadi, sehingga kami mengajukan perpanjangan kepada pemerintah akibat keadaan kahar yang menjadi keterlambatan selama 1 tahun," kata Tony beberapa waktu lalu dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, Senin (27/3/23).
Akibat pembatasan-pembatasan Covid-19, konstruksi smelter berjalan sangat lambat. Pada Juni 2021, PTFI menyampaikan bahwa progres konstruksi baru mencapai 7% di antaranya penyelesaian fase Front-End Engineering Design (FEED), dimulainya detail engineering, dan kemajuan di penguatan atau persiapan lahan.
Setahun kemudian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan bahwa progres pembangunan smelter Freeport sudah mencapai 34,9% per akhir Juni 2022 dengan total biaya yang dikeluarkan hingga saat itu mencapai US$ 1,15 miliar.
Arifin menjelaskan, pada Juni 2022 sudah terdapat 10.500 titik tiang pancang serta berlangsung pula pengecoran atau concrete pouring untuk pondasi struktur. Kemudian pada Juli 2022 progres pembangunan fisik smelter tembaga ini telah mencapai 39,9% dengan total serapan biaya sekitar US$ 1,2 miliar.
Adapun pekerjaan concrete sudah hampir mencapai 10% dengan penyerapan 98% tenaga kerja Indonesia. Pada Maret 2023, progres pembangunan sebesar 61,5%, kemudian pada bulan berikutnya yakni April 2023, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan capaian progres pembangunan smelter hanya bertambah 4% menjadi 65%.
Pada 20 Juni 2023, larangan ekspor mineral mentah yang menjadi amanat Undang-Undang Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batu Bara (Minerba) mulai berlaku.
Seharusnya, Freeport sudah tidak bisa lagi mengekspor konsentrat tembaga. Namun pemerintah memberikan relaksasi kepada PTFI dan empat perusahaan pertambangan mineral lainnya untuk bisa terus melakukan ekspor mineral mentah hingga Mei 2024.
Empat perusahaan tersebut yaitu PT Amman Mineral Nusa Tenggara untuk komoditas konsentrat tembaga, PT Sebuku Iron Lateritic Ores perusahaan pemurnian mineral besi, PT Kapuas Prima Citra untuk komoditas timbal, dan PT Kobar Lamandau Mineral sebagai perusahaan yang bergerak di pertambangan komoditas seng.
Penunjukan lima perusahaan tersebut didasari oleh tingkat kemajuan fasilitas pemurnian yang telah mencapai 50% pada Januari 2023. Akan tetapi, perpanjangan izin ekspor ini dapat dicabut jika pembangunan smelter tidak menunjukkan kemajuan yang diharapkan.
Hingga Agustus 2023, progres konstruksi Smelter Manyar dilaporkan telah mencapai 75%. Sembari membangun smelter, PTFI terus melakukan ekspor konsentrat tembaga, meski ekspor sempat terhenti beberapa waktu lantaran terkendala regulasi yang menjadi dasar hukum relaksasi atau perpanjangan masa izin ekspor hingga Mei 2024.
Berdasarkan data perkembangannya dalam rentang Agustus hingga Oktober 2023, progres pembangunan smelter Gresik ini bertambah di bawah 5% setiap bulannya.
Merinci keterangan Freeport, pada akhir Agustus lalu pembangunan smelter sudah mencapai 75%. Lalu pada akhir September bertambah menjadi 79%, dan akhir Oktober mencapai 81,6%.
Terancam Denda Jumbo
Akibat terlambatnya pembangunan smelter, Freeport terancam denda administratif hingga US$ 501 juta atau sekitar Rp 7,77 triliun. Denda tersebut berdasarkan perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Hitungan tersebut mengacu pada temuan BPK terkait laporan hasil verifikasi kemajuan fisik 6 bulanan sebelum adanya perubahan rencana pembangunan fasilitas pemurnian PTFI tidak menggunakan kurva S awal sebagai dasar verifikasi kemajuan fisik.
Hasil perhitungan persentase kemajuan fisik dibandingkan dengan rencana kumulatif menggunakan kurva S awal menunjukkan, progres pembangunan fasilitas pemurnian mineral logam yang dicapai PTFI tidak mencapai 90%.
Besaran denda sebesar US$ 501,94 juta tersebut merujuk pada data realisasi penjualan ekspor PTFI usai mereka mendapatkan relaksasi ekspor konsentrat tembaga sebanyak 1,7 juta metrik ton hingga Mei 2024.
"BPK melakukan penghitungan potensi denda dengan menggunakan data realisasi penjualan ekspor PTFI dan diperoleh nilai potensi denda administratif keterlambatan sebesar US$501,94 juta," tulis BPK dalam dokumen Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2023.
BPK menilai ketidaksesuaian verifikasi kemajuan fisik pembangunan smelter Manyar mengakibatkan negara berpotensi tidak segera memeroleh penerimaan denda administratif dari PTFI senilai US$ 501,94 juta atau sekira Rp 7,77 triliun.
Seperti yang sudah tertera di awal tulisan, bahwa dalam IUPK milik Freeport tertulis jangka waktu penyelesaian Smelter Gresik paling lambat 5 tahun sejak IUPK itu diterbitkan pada Desember 2018, sehingga penyelesaian pembangunan smelter maksimal rampung pada Desember 2023.
Guna menutup potensi kemunduran penerimaan negara dari denda keterlambatan pembangunan smelter Freeport, BPK merekomendasikan Menteri ESDM untuk menginstruksikan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menetapkan kebijakan mengenai kejelasan formula perhitungan denda untuk selanjutnya menghitung dan menetapkan potensi denda administratif sesuai ketentuan yang berlaku.
"Serta segera menyampaikan penetapan denda administratifnya kepada PTFI dan menyetorkan ke kas negara," tulis BPK. Merespon hal ini, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pembangunan smelter tersebut sudah sesuai target.
“Sejauh ini progresnya secara mekanikal sesuai dengan apa yang ditargetkan. Smelter ini kan yang the bottleneck increase capacity yang 30% nya bulan ini udah harus jalan,” kata Arifin pada Jumat (8/12).
Dalam kesempatan berbeda, Arifin juga kembali membela bahwa progres pembangunan smelter ini masih sesuai kesepakatan. “Tidak (denda). Kan memang waktu itu ada Covid-19, jadi terlambat. Jadi memang harus ada revisi kurva,” kata Arifin jelang tutup tahun 2023.
Meski terdapat perubahan kurva, namun Arifin menyebut tetap akan ada denda jika keterlambatan tetap terjadi. “Dendanya itu ditetapkan sesuai dengan keterlambatan aktual yang Freeport lakukan,” jelas dia.
VP Corporate Communications dan Juru bicara PTFI Katri Krisnati memberi tanggapan yang senada dengan Arifin mengenai penghitungan potensi denda ini. Katri menjelaskan bahwa rencana penyelesaian pembangunan smelter PTFI sesuai dengan Kurva S yang disepakati dengan pemerintah.
Sejauh ini progres smelter sesuai dengan target rencana yang disepakati oleh pihak terkait. “Sampai November (2023), kemajuan pembangunan Smelter PTFI sudah mencapai lebih dari 83%,” kata Katri pada Kamis (7/12). “Terkait denda keterlambatan, kami terus berkoordinasi dengan pemerintah”.
Pengiriman Perdana Konsentrat Tembaga ke Smelter Manyar
PTFI memulai pengiriman perdana konsentrat tembaga dari Pelabuhan Amamapare, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah menuju lokasi smelter yang terletak di Gresik, Provinsi Jawa Timur, dua pekan sebelum peresmian smelter pada Kamis, 13 Juni 2024.
“Smelter PTFI di Gresik sudah siap beroperasi sehingga kami memulai pengiriman perdana konsentrat tembaga. Ini adalah momen penting bagi PTFI dan Indonesia,” kata Presiden Direktur PTFI Tony Wenas, melalui siaran pers, Jumat (14/6).
Sebanyak 22 ribu ton konsentrat tembaga ini diangkut menggunakan kapal mother vessel (MV) Unitama Lily. Kapal ini tiba di Pelabuhan Smelter PTFI pada 22 Juni 2024.
Rincian jumlah tembaganya, yaitu sekitar 12 ribu ton akan dimurnikan di Smelter Manyar dan 10 ribu ton untuk smelter PT Smelting Gresik. “Seluruh konsentrat tembaga ini akan dimurnikan di dalam negeri,” ujarnya.
Setelah tiba di pelabuhan, konsentrat tembaga akan ditempatkan dalam concentrate barn sebelum diproses lebih lanjut. Nantinya, pada saat masuk tahapan produksi, produk tambang tersebut akan masuk ke dalam tungku peleburan atau flash smelting furnace (FSF).
Sesuai dengan target, Kapal MV Unitama Lily bersandar di Pelabuhan Freeport di KEK JIIPE Gresik. Kapal tiba pada Jumat (21/6) sekitar pukul 09.00 WIB atau sekitar sepekan sebelum smelter dijadwalkan beroperasi.