Industri Manufaktur Masih Lesu, Kemenperin: Masalah Permintaan dan Pasokan

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nz.
Ilustrasi industri manufaktur.
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing
6/11/2024, 19.16 WIB

Pertumbuhan industri pengolahan pada kuartal ketiga 2024 menurun secara tahunan. Angkanya dari 5,19% pada triwulan III 2023 menjadi 4,72%. Kementerian Perindustrian mengatakan penurunan pada sektor manufaktur terjadi karena masalah pasokan dan permintaan.

"Ekonomi global sedang tidak menentu. Tapi dari hitungan kami, sektor manufaktur tumbuh cukup baik, mungkin ada beberapa yang tertekan," kata Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza saat ditemui di Jakarta, Rabu (6/11). 

Pemerintah akan mendorong sektor ini dengan cara meningkatkan hilirisasi produk mineral. "Pelan-pelan kami menyiapkan infrastruktur untuk mendukung penggunaan nikel sebagai bahan baku kendaraan listrik dan lainnya," ucapnya. 

Data dari S&P Global menunjukkan Purchasing Manager's Index atau PMI manufaktur Indonesia masih berada di bawah angka 50. Hal ini menunjukkan kondisinya masih terpuruk selama empat bulan beruntun sejak Juli 2024.

Dalam penjelasan S&P Global, Indonesia mengalami penurunan dan angkanya tidak berubah karena ada pelemahan dari sisi output, pesanan baru, dan tambahan lapangan pekerjaan. Hal itu menunjukkan pasar manufaktur dan lapangan kerja masih lesu.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan daya beli masyarakat saat ini masih lemah. Pemerintah berharap kondisi ini dapat segera pulih sehingga mendorong sektor industri.

Reporter: Mela Syaharani