Cerita TKW di Hong Kong Bangun Bisnis di Indonesia, Raup Puluhan Juta Rupiah

Katadata/Desy Setyowati
Pekerja Migran Indonesia atau PMI di Hong Kong: Lestari Anggorowati dan Ria Widiyawati
Penulis: Desy Setyowati
4/12/2024, 14.09 WIB

Dua Pekerja Migran Indonesia atau PMI, yang juga Tenaga Kerja Wanita alias TKW membuka bisnis di Indonesia, meski masih bekerja di Hong Kong. Keduanya mendapatkan pelatihan berwirausaha dari Bank Mandiri.

Lestari Anggorowati membuka usaha warung di kampung halamannya di Grobogan, Jawa Tengah. Sementara ia masih bekerja di Hong Kong, karena baru saja memperbarui kontrak dua tahun.

Perempuan yang akrab disapa Eki itu menjadi TKW di Hong Kong selama 16 tahun. Awalnya ia bertugas membersihkan rumah dan mengurus anjing peliharaan.

Kini dirinya bertugas mengurus pemberi upah yang sudah lansia. Ia bertugas mengantar majikan ke kantor, karena masih bekerja meski sudah berusia 77 tahun.

Warung yang ia rintis bersama suami sejak 2016 itu sudah menjadi minimarket. Hal ini lantaran ia mendapatkan konsultasi dan pelatihan berbisnis dari Bank Mandiri, termasuk mengelola stok hingga keuangan.

Lewat program pelatihan Mandiri Sahabatku Bank Mandiri, ia bekerja sama dengan Indogrosir.

“Saya mengambil paket Rp 55 juta. Saya menyetor Rp 35 juta, bantuan dari Bank Mandiri berupa Kredit Usaha Rakyat alias KUR Rp 10 juta, dan gratis Rp 10 juta berupa rak,” kata Eki di sela-sela acara seremoni penutupan dan momen apresiasi Mandiri Sahabatku 2024 di Queensway, Admiralty, Hong Kong, Minggu (1/12).

Usaha warung tersebut diurus oleh suaminya. Ia mendorong pasangannya itu mengembangkan bisnis, sehingga hanya memberikan modal awal.

Hasilnya, ia bisa memperoleh Rp 1 juta – Rp 1,5 juta per hari atau Rp 30 juta - Rp 45 juta per bulan dari usaha minimarket tersebut. PMI atau TKW asal Jawa Tengah itu berencana mengembangkan bisnis ini menjadi skala grosir.

Selain itu, Eki ingin mengubah bisnis warung kopi yang terletak bersebelahan dengan minimarket menjadi tertutup.

Eki juga memberikan modal untuk kedua orang tuanya di Jawa Tengah berbisnis peternakan kambing.

Meski memiliki tiga bisnis di Indonesia, ia belum memutuskan rencana untuk pulang kampung. Selain karena baru saja memperbarui kontrak, ia menganggap majikan seperti orang tua sendiri.

TKW asal Jawa Tengah lainnya, Ria Widiyawati juga memiliki usaha telur asin di kampung halaman. Usahanya itu bisa memproduksi hingga 200 butir per hari. 

Namun pemasarannya masih di sekitar rumah. “Ibu saya berkeliling kampung untuk menjajakan telur asin, dan di pasar,” kata Ria yang sudah bekerja di Hong Kong selama tujuh tahun.

Perempuan asal Cilacap itu mengikuti pelatihan Bahasa Inggris, kerajinan tangan, komputer, dan spa. Meski begitu, Ria belum berencana merintis usaha yang sesuai dengan training yang ia ikuti.

“Spa di kampung saya belum banyak. Saya juga tidak tahu apakah pasarnya akan banyak atau tidak,” ujar dia.

Oleh karena itu, ia masih berfokus mengembangkan bisnis telur asin yang menghadapi tantangan dari sisi Sumber Daya Manusia atau SDM. “Pengusaha telur asin di kampung saya juga sudah sedikit. Mungkin karena sudah tua,” ujarnya.