Presiden Tiongkok Xi Jinping meyakinkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (7/2) bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk menahan penyebaran virus corona. Hingga kini, hampir 640 orang tewas, termasuk seorang dokter yang pertama kali menyebarkan informasi terkait virus mematikan tersebut.
Dikutip dari Reuters, Xi melalui panggilan telepon mengatakan bahwa Tiongkok telah mencapai hasil dan yakin dapat mengalahkan epidemi tersebut tanpa konsekuensi jangka panjang bagi pembangunan ekonomi mereka.
Sejumlah analis memperkirakan pertumbuhan kuartal pertama ekonomi negara terbesar kedua di dunia tersebut bisa melambat 2% atau lebih dari posisi kuartal keempat tahun lalu sebesar 6%. Penurunan tersebut bahkan diperkirakan bisa lebih besar jika penyebaran wabah semakin meningkat.
Xi sebelumnya menyatakan ini adalah perang antara manusia melawan virus tersebut. Tiongkok juga telah melakukan segala kekuatan untuk melakukan langkah-langkah pencegahan penyabaran virus.
(Baca: Tiongkok Akhirnya Terima Bantuan Amerika untuk Tangani Virus Corona)
Pernyataan memerangi virus corona ini digemakan kembali di tengah curahan kesedihan dan kemarahan publik di media sosial ataskematian dokter Li Wenliang.
Li (34 tahun) adalah satu dari delapan orang yang ditegur oleh polisi di pusat kota Wuwan, pusat penyebaran virus corona pada bulan lalu saat pertama kali memberikan informasi terkait virus yang mirip dengan SARS. Ia dituduh menyebarkan informasi ilegal dan salah terkait virus tersebut.
Pesan-pesan media sosialnya yang memperingatkan virus corona mirip dengan SARS tetapi dalam versi baru memicu kemarahan polisi. Tiongkok dituduh sempat berusaha menutupi penyebaran virus tersebut.
Banyak pengguna media sosial menggambarkan Li sebagai pahlawan dan menuduh pihak berwenang tidak kompeten menangani wabah ini pada tahap awal.
Komisi Kesehatan Tiongkok menyebut jumlah korban tewas di daratan Tiongkok akibat virus ini mencapai 636 orang pada Jumat (7/2), bertambah 73 orang dibanding hari sebelumnya. Jumlah kasus infeksi bertambah 3.143 menjadi total 31.161 kasus.
Jumlah kasus tersebut jauh melonjak dibandingkan data pada 21 Januari lalu, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Namun, jumlah kasus baru turun dibandingkan dua hari sebelumnya yakni pada Rabu sebanyak 3.694 kasus dan pada Selasa sebanyak 3.887 kasus. Kendati demikian, para ahli mengatakan masih teralu dini untuk menyebut bahwa data tersebut mewakili tren.
Dua kematian di luar Tiongkok akibat virus corona dilaporkan terjadi di Hong Kong dan Filipina. Virus ini telah menyebar ke seluruh dunia dengan 320 kasus di wilayah luar daratan Tingkok menurut perhitungan Reuters dari berbagai data resmi.
Ibu kota Tiongkok, Beijing kini menyerupai kota hantu dengan jalan raya utama dan tempat-tempat wisata hampir sepi lantaran negara tersebut telah menutup kota-kota, membatalkan penerbangan, menutup pabrik, dan memotong jalur pasokan ke bisnis global.
(Baca: Li Wenliang, Dokter yang Pertama Kali Ingatkan Soal Corona Meninggal)
Kegelisahan atas dampak virus corona juga kembali muncul di pasar keuangan. Indeks saham di Tiongkok, Hong Kong, dan seluruh Asia tergelincir setelah sempat menanjak beberapa hari terakhir.
Toyota Motor Corip dan Honda Motor Co memperpanjang penangguhan produksi pabrik-pabrik di Tiongkok, bergabung dengan semakin banyak produsen mobil yang menghadapi penghentian produksi karena gangguan rantai pasokan.
Korea Selatan meminta bantuan pemerintah daerah di Tiongkok untuk melanjutkan produksi di pemasok suku cadang mobil Korea Selatan.
Japan's Fast Retailing yang menjalankan rantai pakaian Uniqlo juga mengatakan telah menutup sementara sekitar 370 dari 750 toko di Tiongkok akibat kekhawatiran terhadap virus corona.