Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan suku bunga Amerika Serikat tak mungkin naik dalam waktu dekat. Hal ini sering pernyataannya bahwa bank sentral AS berkomitmen untuk menjaga inflasi sebesar 2%.
The Fed menganggap tingkat inflasi 2% sebagai sinyal pertumbuhan yang berkelanjutan. Ini juga menjadi acuan untuk menetapkan suku bunga.
Inflasi AS tahun ini masih berada di bawah target itu, meskipun ada tiga pemotongan suku bunga selama empat bulan terakhir. Per Oktober, Negara Paman Sam ini mencatatkan inflasi tahunan sebesar 1,8%, naik dibanding bulan sebelumnya 1,7%.
Dalam pidatonya, Powell mengungkapkan pentingnya memenuhi target inflasi yang merupakan pekerjaan The Fed. Dia mengatakan ekspektasi inflasi yang rendah membuat pihaknya kesulitan memberikan dukungan terhadap perekonomian.
"Kami berkomitmen kuat untk mencapai sasaran inflasi 2% secara simetris dan berkelanjutan sehingga bisnis dan rumah tangga dapat membuat rencana jangka panjang," ujar Powell dikutip dari CNBC, Selasa (26/11).
(Baca: BI Diperkirakan Tahan Bunga Acuan di 5%)
Tujuan simetris berarti pembuat kebijakan akan puas dengan inflasi berjalan sedikit di atas atau di bawah 2%. Pejabat Fed lainnya mengatakan bahwa inflasi di atas 2% akan baik-baik saja dalam jangka waktu tertentu.
Adapun beberapa anggota menyarankan The Fed membuat komitmen tegas untuk tidak menaikkan suku bunga sampai tujuannya tercapai. Tingkat bunga yang lebih tinggi digunakan untuk menjaga inflasi tetap rendah.
Secara umum, Powell mengulangi isyarat bahwa kebijakan suku bunga yang ditempuh bank sentral saat ini sudah tepat dan tak akan ada perubahan dalam waktu dekat. The Fed pada Oktober lalu telah memangkas suku bunga acuan 0,25% menjadi 1,5% -1,75%.
(Baca: Wabah Resesi Ancam Ekonomi Global)
Selain inflasi, Powell memperhatikan tingkat partisipasi angkatan kerja yang masih rendah di AS serta kenaikan upah yang lemah. Adapun tingkat partisipasi angkatan kerja saat ini adalah 63,3%, tertinggi dalam lebih dari enam tahun terakhir.
Namun, Powell menilai tingkat angkatan kerja AS saat ini masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain dan masih jauh di bawah angka sebelum resesi yang mencapai di atas 66%.
Di sisi lain, perang dagang AS dengan Tiongkok yang sebelumnya menjadi kekhawatiran The Fed memberikan sinyal kuat menuju kesepakatan tahap satu. Namun, mengutip Reuters, kesepakatan tersebut diperkirakan tak akan memuat pembatalan kenaikan tarif yang sudah dilakukan kedua belah pihak.