Tiongkok Larang Tulisan Arab dan Logo Halal di Pertokoan dan Restoran

Reuters
Logo halal di sebuah restoran di Tiongkok ditutup setelah pemerintah Tiongkok melarang penggunaan tulisan Arab di restoran dan pertokoan di sana.
Penulis: Happy Fajrian
1/8/2019, 07.33 WIB

Jumlah penduduk Muslim di Tiongkok saat ini diperkirakan mencapai 20 juta jiwa. Tiongkok secara resmi menjamin kebebasan beragama, namun pemerintah giat berkampanye untuk membawa umat beragama di Tiongkok agat sejalan dengan ideologi Partai Komunis yang mereka anut.

Tetapi umat Islam mendapat perhatian khusus dari pemerintah Tiongkok, terutama sejak kerusuhan 2009 antara sebagian besar warga Muslim minoritas Uighur dan mayoritas etnis Han di wilayah paling barat Xinjiang, tempat tinggal minoritas Uighur.

(Baca: Menteri Enggar Lobi Tiongkok Terkait Hambatan Ekspor Pertanian)

Berbagai aksi kekerasan etnis setelah kerusuhan tersebut bermunculan. Sejumlah masyarakat etnis Uighur berusaha untuk melawan kendali pemerintah dengan melakukan serangan pisau dan bom mentah di tempat-tempat umum dan terhadap polisi dan pihak berwenang lainnya.

Pemerintah TIongkok pun membalas aksi tersebut dengan aksi yang mereka klaim sebagai upaya untuk memberantas terorisme di Xinjiang. Tindakan pemerintah Tiongkok ini mendapat kecaman keras dari sejumlah negara barat dan beberapa kelompok hak asasi manusia (HAM), terutama terkait dengan penahanan warga Uighur dan masyarakat Muslim lainnya di Xinjiang.

Pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa tindakannya di Xinjiang diperlukan untuk membasmi ekstremisme agama. Para pejabat telah memperingatkan tentang semakin berkembangnya Islamisasi di Tiongkok. Oleh karena itu mereka memperketat pengawasan terhadap minoritas Muslim di sana.

(Baca: Tiongkok Kenakan Bea Masuk Anti-Dumping Baja RI, Jepang dan Eropa)

Halaman: