Israel dan Palestina Saling Gempur, PBB Serukan Gencatan Senjata

ANTARA FOTO/REUTERS/SUHAIB SALEM
Sebuah bola api terlihat saat serangan udara Israel di Kota Gaza, Sabtu (4/5/2019).
6/5/2019, 12.36 WIB

Militer Israel dengan kelompok militan Palestina saling gempur di Jalur Gaza. Korban tewas dilaporkan telah mencapai lebih dari 20 orang, sebagian besar warga Palestina. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meminta semua pihak untuk segera menghentikan serangan dan kembali pada kesepakatan gencatan senjata yang dibuat Maret lalu.

Mengutip Aljazeera, konflik di jalur Gaza memanas setelah empat orang Palestina tewas pada Jumat (3/5). Dua di antaranya ditembak saat melakukan aksi protes mingguan “Great March of Return” dekat gerbang Israel-Gaza. Sedangkan dua lainnya meninggal dalam serangan udara Israel ke kamp Hamas.

Militer Israel menyatakan pihaknya melancarkan serangan udara untuk merespons penembakan oleh sniper yang melukai dua orang tentaranya dekat gerbang Israel-Gaza. Koresponden Aljazeera melaporkan, serangan udara Israel ke dekat kendaraan melukai tiga orang Palestina dan memicu serangan roket ke wilayah Israel.

(Baca: Indonesia Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB)

Berdasarkan informasi yang diperoleh Alzajeera, korban tewas mencapai 29 orang, 24 di antaranya warga Palestina, dan empat lainnya Israel. Sedangkan berdasarkan Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 70 warga Palestina terluka.

Kantor media di Gaza menyatakan serangan udara Israel menyasar 200 landmark sipil di jalur Gaza, termasuk gedung pemukiman, masjid, pertokoan, dan kantor media. Kantor media milik pemerintah Turki – Anadolu -- dilaporkan hancur.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk serangan tersebut. “Turki dan Anadolu akan terus menceritakan kepada dunia tentang terorisme oleh Israel dan kekejaman kemanusiaan di jalur Gaza dan bagian lainnya dari Palestina meskipun ada serangan tersebut,” demikian tertulis dalam akun Twitter resmi Erdogan.

Mengutip Guardian, militer Israel menyatakan lebih dari 430 roket dan mortir ditembakkan dari Gaza ke wilayah Israel sepanjang akhir pekan lalu. Sebagai respons, pihaknya melakukan 200 serangan dengan pesawat perang dan tank.

(Baca: Amerika Serikat dan Israel Keluar dari UNESCO)

Hingga kini, jumlah korban tewas belum bisa dipastikan, namun berbagai kantor berita asing memberitakan jumlahnya telah melebihi 20 orang. Tenaga medis menyatakan warga Palestina yang tewas termasuk seorang perempuan dan keponakannya yang berumur 14 bulan.

Pihak Israel membantah keduanya tewas imbas penyerangan oleh militernya, melainkan oleh kegagalan penembakan oleh Hamas. Mengutip BBC, Israel mengatakan keduanya kemungkinan terbunuh oleh roket yang ditembakkan dari wilayah Palestina yang tidak mencapai target.

Hingga kini, eskalasi konflik masih meningkat. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan telah memerintahkan serangan besar-besaran ke kamp-kamp Hamas. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Israel.

Ia menyebut langkah Israel tersebut sebagai upaya melindungi penduduknya dari bombardir roket yang mematikan oleh grup teroris Hamas dan Islamic Jihad. “Kepada penduduk Gaza, tindakan teroris melawan Israel tidak akan menghasilkan apa pun kecuali kemalangan. Hentikan kekerasan dan bekerja bersama menuju kedamaian – Itu bisa terjadi!” kata Trump melalui akun Twitter-nya.   

Koordinator PBB untuk Pendamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov meminta semua pihak untuk segera melakukan de-eskalasi dan kembali pada kesepakatan yang sudah dibuat. “Saya sangat peduli terhadap eskalasi bahaya lainnya di Gaza dan kehilangan tragis atas nyawa manusia,” kata dia.

Israel dan Mesir melakukan blokade ketat di Gaza sejak Hamas memegang kontrol di wilayah tersebut pada 2007. Aljazeera melaporkan, menyusul pertempuran berat pada akhir Maret 2019, Israel sepakat untuk memperlonggar blokade, dengan barter yaitu penghentian penembakan roket.

Pelonggaran blokade tersebut termasuk perluasan area penangkapan ikan, peningkatan impor ke Gaza, dan distribusi bantuan dari Qatar. Namun, Israel disebut tidak menjalankan kesepakatan-kesepakatan tersebut, dan kembali melakukan ekspansi zona penangkapan ikan pada akhir April.