Negara-negara di Dunia Longgarkan Lockdown, Bagaimana Tahapannya?

ANTARA FOTO/REUTERS/Remo Casilli
Warga menggunakan masker pelindung saat berjalan di Colosseum di Roma, Italia, Selasa (25/2/2020). Sejumlah negara mulai melonggarkan aturan lockdown bulan ini, termasuk AS, Italia dan Spanyol.
27/4/2020, 17.56 WIB

Pandemi corona telah menginfeksi hampir 3 juta orang di seluruh dunia per hari ini (27/4). Jumlah kematian di seluruh dunia pun lebih dari 200 ribu orang sejak mulai mewabah pada akhir tahun lalu. Amerika Serikat (AS) paling banyak terinfeksi dengan lebih dari 900 ribu orang dan lebih dari 50 ribu orang meninggal.

Di sisi lain, sejumlah negara mulai melonggarkan aturan karantina wilayah atau lockdown akibat pandemi corona. Kebijakan ini dilakukan menyusul keberhasilan Tiongkok mengakhiri kebijakan serupa pada 8 April. Bahkan AS menjadi salah satu yang mulai melonggarkan lockdown.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, melansir The Star, berencana membuka kembali negaranya pada awal bulan depan. Beberapa negara bagian seperti Georgia, Oklahima dan Alaska bahkan sudah melonggarkan aturan karantina wilayah untuk kepentingan bisnis.

Meskipun begitu, Kementerian Kesehatan AS memperingatkan keputusan Trump terlalu dini mengingat risiko gelombang kedua infeksi corona.

Melansir CNN, Rabu lalu Jerman mulai mengizinkan toko penjual barang non-esensial buka kembali. Meskipun begitu, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan negaranya “masih berjalan di atas es yang tipis” untuk memiulai kehidupan normal.

Renacananya, pada 4 Mei Merkel akan membuka kembali sekolah dengan memprioritaskan siswa tingkat akhir. Namun, larangan berkumpul lebih dari 10 orang di ruang publik tetap berlaku ketat dan warga wajib menggunakan masker.

Jerman memulai lockdown pada 23 Maret. Per hari ini (27/4) total 157.770 orang terinfeksi corona di negara ini dengan 5.976 orang meninggal dunia.  

(Baca:  Industri Tekstil Bertumbangan, 80% Karyawan Sudah Dirumahkan)   

Selanjutnya adalah Denmark yang mulai melonggarkan aturan lockdown dengan mengizinkan dokter gigi, salon, dan gerai tato mulai beroeperasi lagi mulai 15 April. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengizinkan tempat penitipan bayi dan taman kanak-kanak kembali beroperasi. Sementara para orang dewasa boleh kembali bekerja.  Namun larangan berkumpul lebih dari 10 orang masih dilarang sampai 10 Mei.

Data Johns Hopkins University & Medicine per hari ini (27/4) menyatakan, 8.896 orang terinfeksi corona dan 422 di antaranya meninggal dunia.

Italia yang menjadi negara nomor tiga paling terdampak corona di dunia tak ketinggalan melonggarkan aturan lockdown. Melansir pemberitaan The Star, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mulai mengizinkan gerai-gerai non-esensial buka kembali pada 10 April.

Meskipun begitu beberapa daerah yang paling terdampak corona masih belum diizinkan melonggarkan lockdown. Salah duanya Lombardy dan Veneto yang tak memperbolehkan toko buku dan peralatan kantor beroperasi lagi.

Conte mengatakan karantina wilayah akan dicabut pada 4 Mei setelah dua bulan berlangsung sejak 4 Maret. Sampai saat ini, terdapat 197.675 orang terinfeksi corona di Italia. Lebih dari 26 ribu dari total tersebut meninggal dunia.

(Baca: Bill Gates Prediksi Vaksin Virus Corona Baru Tersedia Tahun Depan)

Kanselir Austria, Sebastian Kurz mengumumkan kelonggaran lockdown setelah Paskah. Toko-toko yang semula dilarang, seperti toko kerajinan, boleh buka kembali mulai 14 April. Supermarket dan mal boleh buka pada 1 Mei. Meskipun begitu, ia tetap mewajibkan penduduknya menggunakan masker saat berada di luar rumah.

Spanyol yang terparah kedua di dunia setelah AS, mengizinkan penduduknya untuk keluar rumah pada akhir pekan lalu. Pekerja pabrik dan konstruksi pun diperbolehkan bekerja lagi. Melansir CNN, tercatat 300 ribu pekerja mulai masuk lagi. Namun parlemen Spanyol meminta darurat kesehatan diperpanjang sampai 9 Mei.

Spanyol memulai lockdown pada 14 Maret. Kini sebanyak 226.629 orang tercatat terinfeksi corona dengan 23.190 orang meninggal dunia.  

Sisanya adalah Norwegia yang membuka kembali sekolah dan toko pada 20 April. Larangan perjalanan domestik pun telah dihapuskan. Lalu Inggris melonggarkan lockdown mulai 7 Mei. Terakhir Belgia akan mengakhiri lockdown pada 4 Mei.

(Baca: Penyebaran Virus Corona di Dunia Melambat, Rupiah Menguat 0,1%)

Hal yang Harus Dilakukan sebelum Akhiri Lockdown

Walaupun telah banyak negara melonggarkan aturan lockdown, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan keputusan ini terlalu cepat dan perlu ditinjau kembali. “Mencabut pembatasan terlalu cepat dapat menyebabkan gelombang kedua yang mematikan,” kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, melansir The Jakarta Post, Rabu (13 /4).

Sementara Ketua Penanganan Corona Perancis, Jean-Francois Delfraissy mengatakan ada tiga kondisi yang harus dipenuhi negara sebelum melonggarkan lockdown. Pertama, adalah penurunan jumlah pasien dalam perawatan intensif yang signifikan.

Contoh yang bisa diambil adalah di Wuhan. Hari ini provinsi yang menjadi tempat mula corona menyebar telah melepas pasien perawatan intensif terakhir atau sudah tak ada lagi pasien.   

Penurunan signifikan, kata Delfraissy, akan memberikan kelonggaran bagi tenaga kesehatan dan rumah sakit mengisi kembali peralatan dan persediaan tenaga. Sehingga, ketika gelombang kedua muncul mereka sudah siap.

Kedua, adalah rasio penularan baru yang harus di bawah 1 per 100 ribu orang. Bukan 3,3 seperti awal mula wabah merebak.  

Ketiga, harus ada cukup masker dan tes untuk memantau penyebaran virus. Contohnya di Perancis yang meningkatkan kapasitas tes dari 30 ribu orang per hari menjadi 150 ribu orang per hari.

(Baca: Pemerintah Salurkan BLT Desa Rp 70 M  ke Warga Miskin Terdampak Corona)