Hasil studi peneliti asal Tiongkok menemukan, virus corona (Covid-19) jenis baru atau SARS-CoV-2 tak hanya meninggalkan jejak pada paru-paru. Terbaru, peneliti mendeteksi adanya virus corona dalam sperma.
Mengutip Live Science, Sabtu (7/5), tim yang diketuai oleh Diangeng Li ini melakukan riset terhadap 38 pria di Shangqiu, Tiongkok, yang telah dites positif Covid-19, mengalami gejala atau baru saja pulih.
Melalui riset tersebut, para peneliti mendeteksi adanya Covid-19 dalam sperma dari enam peserta, atau 16% secara keseluruhan. Dari jumlah tersebut, empat pasien saat ini mengalami gejala Covid-19, dan dua pasien baru saja pulih.
Para peneliti tersebut menyatakan, meski virus corona tidak dapat mereplikasi dalam sistem reproduksi pria, virus mungkin sanggup bertahan dalam periode waktu tertentu.
Namun, penelitian berjudul "Clinical Characteristics and Results of Semen Tests Among Men With Coronavirus Disease 2019" ini, belum menyimpulkan apakah virus corona dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
"Jika dibuktikan bahwa Covid-19 dapat ditularkan secara seksual dalam penelitian selanjutnya, penularan seksual mungkin menjadi bagian penting dari pencegahan, mengingat fakta bahwa virus terdeteksi dalam sperma pasien yang pulih," tulis hasil studi para peneliti tersebut, dikutip Minggu (10/5).
Dari hasil studi ini, para peneliti dari Tiongkok tersebut menyimpulkan, menghindari kontak dengan air liur pasien dan darah mungkin tidak cukup mencegah penularan.
(Baca: Peneliti Tiongkok: Virus Corona Bermutasi, Bisa Bertahan 49 Hari)
Pasalnya, keberadaan virus dalam sperma memunculkan kemungkinan infeksi lewat media lain, seperti aktivitas seksual. Namun, hal ini dengan catatan penelitian selanjutnya mengkofirmasi kemungkinan penularan tersebut.
Mengutip New York Times, Kamis (7/5), Profesor bidang mikrobiologi, imunologi dan pediatri University of Iowa Dr. Stanley Perlman mengungkapkan, temuan ini tidak membuktikan apakah yang terkandung dalam sperma merupakan virus corona atau hanya partikelnya saja.
"Ini adalah temuan yang menarik, tetapi harus dikonfirmasi bahwa ada kemungkinan virus corona bisa menular, bukan hanya jejak virus dalam sperma," kata Perman, dilansir dari New York Times.
Selain itu, belum jelas berapa lama Covid-19 bisa bertahan dalam sperma, mengingat peserta yang dites masih menunjukkan gejala awal Covid-19 atau baru saja pulih. Dua pasien yang menjadi subjek misalnya, baru dinyatakan sembuh dari Covid-19 selama dua sampai tiga hari.
Terlebih lagi, penelitian lain juga tidak mendeteksi virus corona atau partikelnya pada organ lain selain paru-paru, di antara pasien yang dinyatakan pulih dalam waktu yang lama.
Sebagai gambaran, sebuah penelitian yang diterbitkan 17 April 2020 di jurnal Fertility and Sterility, yang melibatkan 34 pasien Covid-19. Hasil penelitian tidak mendeteksi jejak virus pada saluran reproduksi sekitar satu bulan, setelah pasien diagnosis terinfeksi Covid-19.
"Penularan Covid-19 saat berhubungan seksual tampaknya masih jauh lebih mungkin melalui kontak dekat dan inhalasi pernapasan, daripada melalui sperma," kata Perlman.
(Baca: Peneliti AS Sebut Virus Corona Merupakan Mutasi, Bukan Buatan Manusia)