Sebuah uji coba vaksin virus corona kepada manusia telah menunjukkan hasil positif dan menghasilkan respon kekebalan yang cepat. Para peneliti dari CanSino Biologics Inc dari Tiongkok melaporkan hal itu pada Jumat lalu (22/5) dalam jurnal medis, The Lancet.
Melansir dari Reuters, sampel darah dari 108 orang dewasa yang menerima vaksin tersebut menunjukkan pembentukan antibodi dan respon sel-T terhadap virus Covid-19. Namun, studi lebih lanjut masuh diperlukan untuk mengonfirmasi apakah vaksi dapat melindungi infeksi.
“Percobaan kami menunjukkan, dosis tunggal dari vektor adenovirus tipe 5 Covid-19 (Ad5-nCoV) menghasilkan antibodi spesifik virus dan sel-T dalam 14 hari,” kata penulis penelitian itu, Profesor Wei Chen, dari Institut Bioteknologi di Beijing.
Tapi, kemampuan untuk merespon kekebalan tersebut tidak selalu menunjukkan vaksin dapat melindungi manusia dari Covid-19. “Kami masih jauh dari tahap vaksin ini dapat tersedia untuk semua orang,” ucapnya.
(Baca: Perusahaan Tiongkok Sebut Vaksin Buatannya Ampuh Tangkal Corona)
Para sukarelawan di Wuhan, Tiongkok, episentrum tempat pandemi corona bermula, menerima satu suntikan Ad5-nCoV secara intramuscular dosis rendah, menengah, dan tinggi. Empat minggu setelah injeksi, muncul respon kekebalan pada tubuh responden.
Antibodi yang berupaya menempel pada Covid-19 meningkat empat kali lipat pada 97% tubuh sukarelawan. Di antara mereka, yang diberi dosis tinggi, 75% memiliki antibodi yang dapat menetralkan virus itu dalam tubuhnya. Respon sel-T pun naik, hampir 93%, yang artinya terjadi peningkatan kemampuan tubuh melawan infeksi.
Reaksi negatif yang terjadi hanya nyeri ringan di bekas suntikan, demam, kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot. Hal tersebut menunjukkan tidak ada efek samping yang serius dari vaksin Ad5-nCoV.
Ad5-nCoV merupakan proyek kerja sama antara CanSino Biologics dengan Dewan Penelitian Nasional Kanada. Perdana Menteri Justin Trudeau pada 16 Mei lalu sempat menyebut vaksi ini telah mendapat lampu hijau dari Kementerian Kesehatan Kanada untuk memulai uji klinis.
(Baca: Thailand Akan Produksi Vaksin Corona Murah untuk Pasar Asia Tenggara)
Ia menyebut kabar ini menggemberikan. “Jika uji vaksin ini berjalan sukses, kita dapat memproduksi dan mendistribusikannya di dalam negera,” kata Trudeau, dikutip dari Reuters.
Dengan memanfaatkan teknologi dari Tiongkok dan Kanada, Ad5-nCoV dikembangkan bersama oleh Institut Bioteknologi Beijing. Vaksinnya menggunakan vektro adenovirus tipe 5 yang direplikasi melalui rekayasa genetic untuk mengekspresikan lonjakan protein Covid-19.
Negara-Negara yang Kembangkan Vaksin Virus Corona
Saat ini lebih dari 100 kandidat vaksin untuk melumpuhkan virus SARS-CoV-2 sedang dalam pengembangan. Sekitar 12 vaksin sudah masuk tahap uji coba kepada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan vaksin corona baru akan tersedia paling cepat pada akhir 2021.
Selain Tiongkok dan Kanada, berikut negara lainnya yang sedang mengembangkan vaksi Covid-19.
(Baca: Uji Coba Pertama, Moderna Klaim Vaksinnya Hasilkan Antibodi Corona)
1. Amerika Serikat
Perusahaan asal Massachusetts, AS, bernama Moderna sedang mengembangkan vaksi mRNA-1273. Sebanyak 45 sukarelawan menunjukkan di dalam tubuh mereka terbentuk antibodi dalam waktu 15 hari. Tingkat kekebalan itu sebanding dengan orang yang telah pulih dari virus corona.
Penelitian vaksin ini didanai oleh Otoritas Penelitian dan Pengembangan Biomedis AS (BARDA) sebesar US$ 483 juta. Berdasarkan perjanjian, BARDA akan mendanai mRNA-1273 hingga masuk ke lisensi badan pengawas makanan dan obat-obatan setempat atau FDA.
2. Inggris
Para peneliti dari Universitas Oxford telah mengumumkan vaksin bernama ChAdOx1-nCov19 atau AZD1222 siap diuji coba pada 10 ribu orang. Target produksinya pada September 2020.
AS telah mengamankan sepertiga dari 1 miliar dosis pertama vaksi tersebut. Perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca, yang akan memproduksinya.
Pemerintah AS mengeluarkan biaya US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17 triliun untuk membawa vaksin itu ke negaranya. Rencananya vaksin ini akan diujicoba kepada 30 ribu orang di AS. Salah satu mitra AstraZeneca, yaitu The Serum Institute of India, merupakan pemilik fasilitas produksi vaksin terbesar di dunia.
(Baca: Riwayat Perjalanan Virus Corona Sampai ke Indonesia)
3. Prancis
Perusahaan asal Prancis bernama Sanofi sedang mengembangkan dua vaksin Covid-19. Salah satunya didanai oleh pemerintah AS.
Hal ini kemudian memicu kontroversi. Pemerintah Prancis mengecam Sanofi yang memprioritaskan AS sebagai penyandang dana penelitiannya. Namun, perusahaan kemudian membantahnya. Sanofi akan berupaya mengalokasikan vaksin buatannya dapat didistribusi merata ke berbagai negara.
(Baca: Studi Terbaru, Sel T Bantu Pasien Positif Virus Corona Pulih)
4. Norwegia
Koalisis untuk Inovasi Kesiapan Epidemi atau CEPI juga mengembangkan vaksin virus corona. Dalam pernyataannya, organisasi yang berbasis di Oslo, Norwegia ini, menyebut ada delapan vaksin yang potensial untuk dikembangkan. Para peneliti meyakini setidaknya ada satu vaksin yang siap dalam 18 bulan setelah uji coba kepada manusia.
5. Thailand
Para peneliti dari Universitas Chulalongkorn, Thailand telah memulai uji coba antivirus ke monyet. Pengembangan ini bertujuan memberikan vaksin dengan harga murah kepada negara tetangganya di Asia Tenggara.
Pasar yang dituju antara lain Malaysia, Indonesia, Vietnam, Myanmar, dan Laos. “Ini bukan soal uang, tapi aksesibilitas (vaksin),” kata Direktur Pengembangan Vaksin Covid-19 Universitas Chulalongkorn Kiat Ruxrungtham dilansir dari Reuters.
(Baca: WHO Peringatkan Virus Corona Mungkin Tidak akan Pernah Hilang )
6. Jepang
Melansir dari Japan Times, ada enam proyek pengembangan vaksin untuk mencegah Covid-19 yang sedang dilakukan negara ini. Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan, uji coba klinis diperkirakan akan berlangsung pada Juli 2020.
Pemerintah akan mencari perusahaan potensial untuk memproduksi secara massal. Tak hanya itu, Jepang juga menyediakan dana untuk kandidat yang menjanjikan.
7. Indonesia
Lembaga Eijkman memimpin pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia. Penelitian ini bekerjama sama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset dan Teknologi, beberapa universitas, dan Bio Farma. "Targetnya, akhir tahun ini bibit vaksin sudah ditemukan," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir pada Selasa pekan lalu.