Rusia Mulai Edarkan Avifavir Untuk Sembuhkan Corona, Apa itu?

ANTARA FOTO/REUTERS/China Daily
Ilustrasi obat corona. Rusia mulai mengedarkan obat bernama Avifavir, Kemarin (11/6) di 7 wilayahnya. Apa itu?
12/6/2020, 13.44 WIB

Rusia resmi mendistribusikan obat bernama Avifavir untuk mengobati pasien virus corona, Kamis (11/6). Obat ini disetujui untuk digunakan pada akhir bulan lalu, meskipun uji klinis masi dalam proses. Alasannya untuk mempercepat penyembuhan pasien yang kini sudah mencapai setengah juta orang.

Lembaga investasi di Rusia, RDIF, menyatakan pengiriman Avifavir dilakukan ke beberapa rumah sakit dan klinik di seluruh wilayah negeri Beruang Merah. Melansir Reuters, RDIF memiliki saham sebesar 50% dalam pelaksanaan uji coba ini bersama produsen obat bernama ChemRar.

Ketua RDIF Kirill Dmitriev menyatakan, ChemRar berencana memproduksi Avifavir yang cukup untuk mengobati 60 ribu pasien per bulan. Kini dari 80 wilayah Rusia, tujuh wilayah telah mendapatkan pengiriman kemarin (12/6). Selain itu, sebanyak 10 negara juga telah meminta pasokan obat ini.

Namun, obat ini sempat menuai polemik di Rusia seperti halnya angka kematian resmi kasus covid-19. Obat ini dinilai terlalu terburu-buru disetujui karena belum mendapatkan uji klinis memadai. Uji klinis obat ini dilakukan dalma periode lebih singkat dan dengan jumlah partisipan lebih sedikit dibanding negara lain.

Pada tahap uji coba klinis pertama, seperti kata RDIF yang dikutip Reuters, menunjukkan Avifavir terbukti efektif menyembuhkan pasien covid-19. Tahap akhir uji klinis obat itu masih berlangsung dan melibatkan 330 pasien. Sementara otoritas kesehatan Rusia menyatakan juga tengah mengembangkan 50 kandidat vaksin virus corona.

(Baca: Lapor Covid-19 Sebut 7.280 Orang Meninggal Dunia Terkait Corona)

Apa itu Avifavir?

Meskipun baru akan digunakan untuk mengobati virus corona di Rusia, Avifavir sebenarnya bukan obat baru. Melansir CNBC, obat ini telah dikembangkan sejak 1990-an oleh sebuah perusahaan Jepang yang kemudian dibeli oleh Fujifilm. Avifavir dikenal juga dengan Favipiravir.

Pemerintah Rusia, seperti dikatakan RDIF, memodifikasi Favipiravir menjadi obat penyembuh virus corona. Konon, hasil modifikasi ini mampu menyembuhkan pasien corona dalam waktu empat hari ketika uji coba klinis dilakukan.

Selain Rusia, Avifavir juga diuji coba di Jepang untuk menyembuhkan virus corona. Hanya, obat itu dikenal dengan nama Avigan. Pemerintah Jepang telah memberi pendanaan sebesar US$ 128 juta untuk mengembangkan Avigan.

Sebenarnya Presiden Joko Widodo juga pernah kepincut dengan Avigan. Pada 20 Maret lalu, ia menyatakan akan memesan 2 juta Avigan untuk menyembuhkan pasien corona di Indonesia. Langkah ini diambil karena telah banyak negara lain yang menggunakannya pula.

Jokowi saat itu menyatakan akan mendistribusikan Avigan secara massal. Pasien yang membutuhkan akan diberi obat ini melalui dokter yang berkeliling dari rumah ke rumah, rumah sakit, puskesmas, di kawasan zona merah.

Salah satu negara yang disebut Jokowi telah melakukan riset dan berhasil menjadikan Avigan sebagai obat corona, adalah Tiongkok. Menurutnya, obat ini efektif dan aman untuk menyembuhkan pasien corona di negeri Tirai Bambu.

(Baca: Tidak Adanya UU Perlindungan Pribadi Memicu Polemik Saat Pandemi)

Akan tetapi, belum ada kabar selanjutnya mengenai pemesanan Avigan. Sebab, saat itu publik menyangsikan penggunaan obat ini dan WHO sempat menyatakan belum terbukti bisa menyembuhkan corona. Di samping itu, Avigan disebut memiliki efek samping berbahaya seperti halnya klorokuin yang  juga disebut bisa mengobati virus corona.

Efek samping Avigan, kata Profesor Universitas Kedokteran Jichi seperti dilansir CNBC, adalah gangguan pada janin jika digunakan kepada pasien corona yang sedang hamil. Avifavir yang kini sedang diedarkan oleh pemerintah Rusia juga berpeluang memiliki efek samping sama.

Namun, RDIF tetap berkeyakinan Avifafir bisa menjadi game changer atau membawa perubahan dalam pengendalian virus corona di dunia. “Akan lebih sedikit orang yang masuk ke kondisi kritis,” kata Dmitriev, melansir Reuters.  

Data John Hopkins University & Medicine per 12 Juni, pasien positif corona di Rusia sebanyak 501.800 orang. Menjadikannya berada di peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dengan 2.023.347 kasus positif dan Brazil dengan 802.828 kasus positif.

Angka kematian akibat kasus covid-19 di Rusia tergolong rendah, yakni 6.522 orang. Sementara pertambahan kasus positifnya selama seminggu ke belakang selalu di atas 7000 orang per hari. Terakhir, pada 11 Juni, kasus bertambah sebanyak 8.800 orang. Penambahan kasus tertinggi terjadi pada 11 Mei dengan 11.700 orang.

 (Baca: Ombudsman: Masyarakat Soroti Enam Data Terkait Covid-19)