AS Kembali ‘Beli’ Vaksin Corona, Kali ini dari Novavax Senilai Rp 23 T

ANTARA FOTO/REUTERS/Pavlo Palamarchuk/hp/dj
Ilustrasi. Amerika Serikat memberikan pendanaan sebesar US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 23 triliun kepada Novavax Inc. untuk mengembangkan vaksin virus corona.
Penulis: Happy Fajrian
9/7/2020, 09.14 WIB

Amerika Serikat (AS) kembali menggelontorkan dana untuk pengembangan vaksin virus corona melalui Operation Warp Speed. Kali ini perusahaan farmasi di Negeri Paman Sam, Novavax Inc., mendapatkan pendanaan sebesar US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 23 triliun untuk mengembangkan vaksin.

Novavax merupakan salah satu yang terdepan dalam pengembangan vaksin corona. Dana tersebut akan digunakan untuk melakukan pengujian kandidat vaksin terhadap manusia dan untuk memproduksi 100 juta dosis vaksin paling lambat mulai akhir tahun ini.

“Pendanaan dari pemerintah AS akan membantu Novavax untuk mulai memproduksi vaksin pada akhir tahun ini, bahkan sebelum perusahaan menyelesaikan pengujian klinis tahap akhir,” kata Presiden Direktur dan CEO Novavax, Stanley C. Erck, seperti dikutip dari The New York Times, Kamis (9/7).

(Baca: Pemerintah Targetkan Vaksin Corona RI Produksi Massal Pertengahan 2021)

Novavax ditargetkan akan menyelesaikan produksi 100 juta dosis vaksin corona pesanan pemerintah AS pada kuartal pertama 2021, jika hasil pengujian menunjukkan vaksin tersebut aman dan efektif melawan virus corona.

Sebelumnya pada Juni lalu, Novavax juga menerima pendanaan sebesar US$ 60 juta atau sekitar Rp 865 miliar dari Departemen Pertahanan AS untuk menjamin pengiriman 10 juta vaksin bagi tentara AS.

Adapun Novavax telah memulai tahap awal pengujian kandidat vaksin virus corona buatannya di Australia pada Mei lalu. Perusahaan mengungkapkan hasil pengujian tersebut akan didapatkan bulan ini. Novavax mengungkapkan akan memulai uji coba tahap ketiga untuk mengetahui keampuhan kandidat vaksin tersebut melawan virus pada musim gugur tahun ini.

Meski demikian, Erck mengungkapkan bahwa perusahaan juga tidak hanya memiliki kesepakatan dengan pemerintah AS. Novavax juga memiliki kesepakatan dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations sebesar US$ 388 juta (Rp 5,6 triliun) untuk memproduksi vaksin di Eropa dan Asia.

(Baca: Progres Vaksin Corona Dunia, Universitas Oxford Berada Paling Depan)

“Perusahaan menggunakan fasilitas milik sendiri untuk memproduksi vaksin dan bermitra dengan perusahaan lain. Sekarang kami harap semuanya bekerja, karena butuh lebih dari satu vaksin untuk memvaksinasi seluruh dunia,” ujar Erck.

Adapun pendanaan yang diterima Novavax merupakan yang terbesar dari hampir US$ 4 miliar (Rp 57,6 triliun) yang digelontorkan kepada enam perusahaan farmasi lainnya. Seperti AstraZeneca yang dapat US$ 1,2 miliar (Rp 17,3 triliun), dan Moderna Therapeutics mendapatkan US$ 500 juta (Rp 7,2 triliun).

AstraZeneca mengembangkan kandidat vaksin corona dengan menggunakan virus yang tidak berbahaya untuk memicu respon imun. Sedangkan Moderna menggunakan metode teknologi genetik yang prosesnya lebih cepat. Namun metode ini belum pernah berhasil menghasilkan vaksin yang efektif.

(Baca: WHO Setop Uji Coba Kombinasi Obat HIV untuk Pasien Covid-19)