Masuk Gelombang II Corona, Kematian Inggris Diramal Tembus 120 Ribu

ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville/aww/cf
Warga Inggris terlihat di pantai di Bournemouth saat cuaca panas di tengah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Bournemouth, Britain, Selasa (2/6/2020). Kalangan ilmuan memperkirakan Inggris akan memasuki gelombang kedua corona pada musim dingin yang akan menewaskan 120 ribu orang.
Penulis: Ekarina
14/7/2020, 09.35 WIB

Inggris menghadapi kemungkinan gelombang kedua Covid-19 menjelang musim dingin yang akan berlangsung September hingga Juni tahun depan. Sejumlah pakar kesehatan negara itu bahkan menyatakan, berdasarkan skenario terburuk jumlah korban meninggal bisa mencapai 120 ribu orang.

Virus corona diperkirakan lebih menyebar pada musim dingin karena orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu bersama di ruang tertutup. "Pandemi gelombang kedua bisa lebih serius daripada yang baru saja kita lalui," kata Profesor dan pimpin penulis jurnal Britain's Academy of Medical Sciences (AMS), Stephen Holgate, dikutip dari Reuters, Selasa (14/7).  

Meski angka kematian bisa lebih tinggi dengan gelombang baru corona di musim dingin, namun risiko ini bisa berkurang jika pemerintah segera mengambil tindakan.

Jumlah kematian saat ini di Britania Raya akibat kasus corona telah mencapai 45.000, sekaligus yang tertinggi di Eropa. Angka ini termasuk dugaan kasus lebih dari 55.000 orang meninggal, menurut penghitungan Reuters berdasarkam sumber data resmi.

(Baca: Corona Dunia Kembali Rekor, WHO Catat 230 Ribu Kasus Baru dalam 24 Jam)

AMS mengatakan, memang ada tingkat ketidakpastian yang tinggi tentang bagaimana epidemi Covid-19 Inggris akan berevolusi. Tetapi ilmuan menguraikan berdasarkan skenario terburuk, jumlah reproduksi atau nilai R akan naik menjadi 1,7 pada September 2020 dan seterusnya.

Berdasarkan catatan, nilai R (jumlah rata-rata orang yang akan ditularkan penyakit) di Inggris saat ini antara 0,7 dan 0,9 dengan kasus harian dan jumlah kematian menurun. Nilai R di atas 1 mengindikasikan adanya pertumbuhan eksponensial.

"Pemodelan memperkirakan 119.900 kematian di rumah sakit antara September 2020 dan Juni 2021," tulis laporan AMS.

Angka ini dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan jumlah yang terjadi selama gelombang pertama.

Wakil presiden AMS Anne Johnson mengatakan, wabah flu musim dingin yang ditambah dengan tumpukan pasien dari penyakit lain dan maupun pasien kronis, akan memberi tekanan besar pada layanan kesehatan Inggris. Oleh karena itu, dia pun menekankan perlunya melakukan persiapan medis mulai dari sekarang.

"Covid-19 belum hilang. Kita perlu melakukan semua yang kita bisa untuk tetap sehat musim dingin ini," ujar Anne.

(Baca: 4 Klaster Baru Penyumbang Lonjakan Kasus Corona di Indonesia)

Data statistik Worldometer menunjukkan, hingga pagi ini, virus corona di Inggris telah menginfeksi lebih dari 290 ribu orang dan menewaskan 44.830 orang. Inggris menjadi negara dengan tingkat kematian terbesar ketiga dunia akibat virus corona, di bawah Amerika Serikat dengan 138.247 jiwa dan Brasil 72.921 jiwa.

Adapun di bawahnya, angka kematian tertinggi ditempati Meksiko dengan 35.491 kematian dan Itali sebanyak 34.967 kasus.

Secara keseluruhan, penyebaran Covid-19 secara global hingga kini telah mencapai 13,2 juta orang dan menyebabkan 575 ribu orang meninggal dunia serta lebih dari 7,6 juta orang sembuh.