Tiongkok Tawarkan US$ 1 Miliar untuk Vaksin Corona di Amerika Latin
Pemerintah Tiongkok menawarkan pinjaman senilai US$ 1 miliar atau setara Rp 14. 593 triliun kepada negara-negara Amerika Latin dan Karibia untuk pembiayaan vaksin virus corona atau Covid-19 di kawasan tersebut. Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menawarkan pinjaman tersebut dalam pertemuan virtual dengan negara-negara di Amerika Latin pada Rabu kemarin.
Informasi ini disampaikan Kementerian Luar Negeri Meksiko. "Menteri Luar Negeri Tiongkok mengatakan bahwa vaksin yang dikembangkan di negaranya akan menjadi manfaat publik, dan bahwa negaranya akan memberikan pinjaman $ 1 miliar untuk mendukung akses [ke vaksin] untuk negara-negara di kawasan itu," bunyi pernyataan tersebut dikutip dari CNN, Jumat (24/7).
Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador berterima kasih kepada Tiongkok atas tawaran pinjaman tersebut. "Kami sangat berterima kasih kepada Tiongkok, dengan pemerintah Tiongkok," kata Obrador.
Obrador juga menyinggung mengenai permintaan pemerintahnya sebelumnya untuk peralatan medis dan dipenuhi Tiongkok dengan mengirimkan bantuan. "Selalu ada persediaan peralatan yang cukup, obat-obatan, dan sekarang ada tawaran ini," katanya.
Pertemuan virtual pada hari Rabu dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, dan Wang Yi. Pemimpin negara Amerika Latin juga mengikuti pertemuan yakni Argentina, Barbados, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Kuba, Republik Dominika, Ekuador, Panama, Peru, Trinidad dan Tobago dan Uruguay juga bergabung.
Menjelang pertemuan itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin mengatakan Tiongkok dan negara-negara kawasan Amerika Latin dan Karibia, meski pun secara geografis saling berjauhan, berdiri bersama melawan pandemi corona.
Dia mengatakan pertemuan virtual tersebut mengkonsolidasikan konsensus antara kedua belah pihak untuk bersama-sama memerangi pandemi, memperkuat rasa saling percaya politik, menegakkan multilateralisme dan membangun sebuah komunitas dengan masa depan bersama.
Amerika Latin menjadi pusat pandemi global pada akhir Mei. Sebuah analisis CNN dari data Universitas Johns Hopkins (JHU) pekan lalu menemukan bahwa Amerika Latin dan Karibia menderita lebih banyak kematian karena virus corona daripada AS dan Kanada.
Berdasarkan data Worldometer, Brasil memiliki jumlah kasus tertinggi kedua di dunia, setelah AS, yakni lebih dari 2,2 juta orang terinfeksi corona. Selain Brasil, tiga negara kawasan Amerika Latin dan Karibia masuk dalam daftar 10 negara dengan kasus terbanyak yakni Peru, Mexico dan Chili.
Saat ini jumlah kasus corona di dunia mencapai 15,6 juta orang dengan kematian 636 ribu dan orang yang sembuh sebanyak 9,5 juta orang. Beberapa perusahaan sedang dalam tahap menguji coba vaksin di antaranya Sinovac dan perusahaan farmasi AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford.