Joe Biden Kenalkan Anggota Kabinet, Diisi Orang-orang Dekat Obama

ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst/HP/dj
Jonathan Ernst?? Presiden AS terpilih Joe Biden memberikan keterangan mengenai perawatan kesehatan dan Undang-Undang Perawatan Terjangkau (Obamacare) saat konferensi pers di sebuah tempat yang menjadi kantor pusat transisinya di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Selasa (10/11/2020).
Penulis: Pingit Aria
25/11/2020, 17.04 WIB

Presiden terpilih Amerika Serikat ( AS) Joe Biden mengumumkan nama-nama di pos krusial kabinetnya. Biden yang pernah menjabat wakil presiden menunjuk orang-orang lama dalam pemerintahan yang dulu disusunnya bersama Barack Obama.

Yang pertama adalah John Kerry. Mantan menteri luar negeri dalam kabinet Obama itu kini didapuk sebagai spesialis iklim. Dalam kabinet Biden-Harris, spesialis iklim merupakan jabatan setingkat menteri.

Kemudian ada eks penasihat kebijakan luar negeri Anthony Blinken yang akan menempati pos Menteri Luar Negeri.

Biden juga menominasikan orang Latin pertama, yaitu pengacara kelahiran Kuba bernama Alejandro Mayorkas, untuk memimpin Departemen Keamanan Dalam Negeri yang mengawasi imigrasi.

Pria 78 tahun itu menunjuk Avril Haines mantan wakil direktur CIA, sebagai direktur intelijen nasional. Seperti halnya Kamala Harris yang menjadi wakil presiden perempuan pertama di AS, Haines juga akan jadi wanita pertama yang menjabat direktur intelijen nasional.

Kemudian, Linda Thomas-Greenfield dicalonkan sebagai duta besar untuk PBB dengan status sebagai anggota kabinet.

Sementara itu, Jake Sullivan mendapat bagian sebagai penasihat keamanan nasional Gedung Putih. Sullivan merupakan asisten keamanan Biden saat dia menjadi wakil presiden.

Semuanya adalah senior di dua periode pemerintahan Obama-Biden 2009-2017.

John Kerry yang menjadi Menlu AS 2013-2017 misalnya, ikut menandatangani pakta iklim Paris pada 2015 atas nama Amerika Serikat. Namun Presiden Donald Trump kemudian menarik AS keluar dari perjanjian tersebut.

Sementara itu, Mayorkas merupakan mantan jaksa federal sebelumnya adalah direktur Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS, lalu jadi wakil menteri Departemen Keamanan Dalam Negeri di bawah Presiden Barack Obama.

Sullivan dulunya direktur Staf Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri serta wakil kepala staf saat Hillary Clinton menjabat sebagai menteri luar negeri. Ia juga menjadi negosiator utama dalam pembicaraan awal di kesepakatan nuklir Iran yang kemudian ditarik keluar oleh Trump.

"Kami tidak punya waktu untuk merugi dalam hal keamanan nasional dan kebijakan luar negeri kami," kata Biden dalam pernyataan yang dikutip AFP. Ia menambahkan, "Orang-orang ini sama-sama berpengalaman dan teruji karena mereka inovatif dan imajinatif.”

Transisi Pemerintahan

Sementara itu, Gedung Putih telah mengizinkan Joe Biden sebagai presiden terpilih AS untuk mulai menerima laporan intelijen harian. Keputusan ini menyusul pemberitahuan resmi Administrasi Layanan Umum (GSA) pada Senin (23/11) malam yang menyatakan bahwa Biden sudah dapat memulai proses transisi pemerintahan.

Laporan Harian Presiden (PDB), disiapkan oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI). "Sesuai arahan Undang-Undang Transisi Presiden, ODNI akan memberikan dukungan yang diminta kepada tim transisi," kata juru bicara ODNI kepada CNN, Selasa (24/11) waktu setempat.

Menerima briefing intelijen merupakan salah satu hak pertama seorang calon presiden setelah memenangkan pemilihan. Namun, Biden selama ini belum menerimanya karena upaya petahana Donald Trump untuk membatalkan hasil pemilihan. Hal tersebut sempat menyebabkan kebingungan pemerintah federal untuk memulai proses transisi.