Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO berharap setengah miliar vaksin virus corona tersedia pada kuartal pertama 2021. Dengan begitu, program inisiasi WHO dapat berjalan mulus untuk mendistribusikan vaksin secara merata ke 189 negara.
WHO berencana memberikan vaksin tersebut kepada petugas kesehatan dan orang berusia di atas 65. Selanjutnya, WHO bakal mendistribusikan setidaknya 2 miliar dosis vaksin pada akhir 2021.
Dengan dosis sebanyak itu, WHO yakin vaksinasi dapat mengurangi risiko kematian dan dampak pandemi pada sistem kesehatan. “Jumlah tersebut cukup untuk memvaksinasi 20% populasi negara yang menjadi bagian dari COVAX," kata Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan dalam konferensi pers di Jenewa seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (5/12).
Adapun COVAX merupakan program inisiasi WHO untuk memastikan distribusi vaksin merata ke seluruh dunia. Sejauh ini, sudah ada 189 negara yang mengikuti program tersebut.
Namun, Amerika Serikat tidak termasuk di dalamnya karena negara itu memilih kesepakatan bilateral dalam mendapatakan vaksin Covid-19. COVAX saat ini dipimpin bersama oleh aliansi vaksin GAVI, WHO, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).
Di sisi lain, Swaninathan mengatakan program vaksinasi di berbagai negara tidak akan berjalan bersamaan. Meski begitu, dia memproyeksi mayoritas negara akan memulai program vaksinasi pada kuartal kedua tahun depan.
Sejauh ini , Inggris paling siap melaksanakan vaksinasi Covid-19. Negara tersebut telah memberikan lampu hijau penggunaan vaksin Covid-19 buatan Pfizer/BioNTech yang diklaim efektif mencegah Covid-19 hingga 95%.
Inggris telah memesan 40 juta dosis vaksin yang bisa digunakan untuk vaksinasi 20 juta orang. Sekitar 800 ribu dosis akan segera datang ke negara tersebut. Di sisi lain, negara tersebut telah menyiapkan 50 rumah sakit untuk program vaksinasi.
Badan Pengatur Produk Kesehatan dan Obat-obatan negara tersebut alias MHRA menyatakan vaksinasi pada tahap awal akan diberikan pada lansia dan pasien yang memiliki risiko tinggi. Dengan cara tersebut, Inggris yakin adanya vaksin dapat menekan penularan virus corona di negara tersebut.
“Segalanya akan menjadi lebih baik dan kita akan mengalami musim panas tahun depan yang dapat dinikmati semua orang." kata Menteri Kesehatan Inggris Matta Hancock dikutip dari BBC, Rabu (2/12).
Tak hanya Inggris, Pemerintah Amerika Serikat juga dalam selangkah lebih maju dalam program vaksinasi. Negara tersebut dalam proses memberikan izin penggunaan darurat (emergency use authorization) untuk vaksin Covid-19 buatan Pfizer bersama BioNTech dan Moderna.
Badan Administrasi Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (FDA) menjanjikan akan mendistribusikan vaksin virus corona sebelum perayaan Natal tahun ini. FDA menjadwalkan pertemuan dengan penasihat Komite Penasihat Vaksin untuk mempertimbangkan izin untuk Pfizer dan BioNTech pada 10 Desember 2020 dan membahas vaksin Moderna pada 17 Desember 2020.
Meski demikian, para ahli meminta masyarakat tetap patuh protokol kesehatan, walaupun vaksin telah tersedia. “Kita tidak bisa melemahkan penjagaan,” kata Prof. Chris Whitty, Kepala Asosiasi Dokter Inggris.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito juga mengatakan vaksin Covid-19 bisa memberi pelindungan terhadap diri sendiri dan orang lain. Meski begitu, protokol kesehatan 3M tetap harus dipatuhi sebagai upaya pencegan terhadap virus corona.
Adapun protokol tersebut terdiri dari memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Upaya tersebut terbukti ampuh memutus penyebaran Covid-19.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan