Terkendala Logistik, Vaksinasi Covid-19 di AS Baru Capai 5%

ANTARA FOTO/REUTERS/Eduardo Munoz/Pool/foc/cf
Michelle Chester, DNP, direktur, pegawai layanan kesehatan, Northwell memperlihatkan vaksin penyakit virus korona (COVID-19) Moderna di Northwell Health's Long Island Jewish Valley Stream Hospital di New York, Amerika Serikat, Senin (21/12/2020). Hingga saat ini, vaksinasi di AS belum mencapai target.
Penulis: Ekarina
24/12/2020, 11.57 WIB

Pemerintah Amerika Serikat (AS), telah memulai program vaksinasi untuk pengendalian pandemi Covid-19. Namun, hingga Rabu (23/12), baru ada sekitar 1 juta penduduk AS yang menerima dosis pertama vaksin virus corona.

Angka ini jauh lebih rendah dari target pemerintah yang berencana menyuntikkan 20 juta orang penduduk AS hingga akhir tahun. 

Food and Drug Administration  (FDA) telah menyetujui dua vaksin Covid-19 untuk penggunaan darurat dan mengakhiri pandemi di AS, yakni  Pfizer dan Moderna. AS telah mengirimkan sebanyak 9,46 juta dosis vaksin di seluruh negara bagian, menurut data CDC.

Secara keseluruhan, pemerintah Negeri Paman Sam menargetkan memberikan vaksin kepada sekitar 331 juta penduduk.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Desease Control/ CDC), mengatakan, rendahnya vaksinasi membuat pejabat publik bekerja keras pekan ini. Untuk memenuhi target tersebut, pemerintah perlu menyuntikkan vaksin Covid-19 lebih dari 2,1 juta orang per hari hingga akhir tahun. 

Vaksin Covud-19 dinilai penting oleh investor dan pembuat kebijakan sebagai solusi untuk memulihkan ekonomi AS dan mencegah membanjirnya pasien rumah sakit. AS merupakan negara nomor satu dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi dunia, dengan lebih dari 18,2 juta kasus dan  322.849 kematian, menurut data Universitas Johns Hopkins.

Direktur Kesehatan Institut Nasional Dr. Francis Collins, yang sebelumnya menerima suntikan vaksin Covid pertamanya bersama Dr. Anthony Fauci, mengatakan, ada sejumlah kendala pemenuhan target vaksin. 

Kendala itu di antraanya ada pada faktor logistik serta proporsi jumlah penduduk yang sangat besar. Dia berharap publik bisa mengerti dengan berbagai kendala tersebut. 

"Saya pikir ini sangat luar biasa karena telah berjalan secepat itu. Mengingat baru 10 hari sejak FDA memberikan persetujuan pertama untuk penggunaan darurat vaksin Pfizer dan kemudian seminggu kemudian untuk Moderna," kata Collins kepada CNN International, dikutip Kamis (24/12). 

Di hari yang sama, pejabat kesehatan federal juga mengungkapkan terkait kendala distribusi vaksin lebih lambat dari yang diperkirakan. 

"Persisnya seberapa cepat peningkatan imunisasi, tembakan di lengan, lebih lambat dari yang kami kira," kata Kepala Penasihat Operation Warp Speed, Dr Moncef Slaoui. 

Dengan demikian, target menyuntikkan 20 juta vaksin kemungkinan tidak akan tercapai. Namun, pihaknya berkomitmen tetap membantu negara bagian mempercepat vaksinasi. 

Pakar kesehatan global lain mengatakan, untuk mendistribusikan vaksin ke sekitar 331 juta orang Amerika dalam hitungan bulan terbukti jauh lebih rumit dari yang diperkirakan sebelumnya.

Selain perlu memproduksi dosis yang cukup, negara bagian dan teritori juga membutuhkan jarum suntik dalam jumkah yang cukup untuk menyelesaikan proses vaksinasi. Petugas juga harus dilatih tentang cara menyimpan dan mengelola vaksin. Vaksin Pfizer, misalnya, membutuhkan suhu penyimpanan minus 94 derajat Fahrenheit.

AS mengalami kendala pertama minggu lalu ketika sekitar 3.000 dosis vaksin Pfizer yang didistribuskan ke California dan Alabama harus dikarantina dan dikembalikan ke perusahaan karena terlalu dingin.

Tidak jelas apa yang menyebabkan suhu turun, tetapi Pfizer mengatakan dalam sebuah pernyataan akan menghentikan pengiriman dan memasok ulang ke pelanggan. 

Jenderal Angkatan Darat Gustave Perna, yang mengawasi logistik untuk program vaksin Trump Operation Warp Speed, meminta maaf atas kebingungan minggu lalu dan menyebut hal itu sebagai kesalahan perencanaan.

"Kami memiliki beberapa paket yang coba dikirim ke tempat yang tepat, tetapi kami menangkapnya sebelum diturunkan dan kami mengalihkannya ke tempat yang tepat," katanya dikutip dari CNBC. 

Soumi Saha, Apoteker dan Vice President Advocacy for Premier, sebuah perusahaan konsultan yang bekerja dengan ribuan rumah sakit dan panti jompo, mengatakan kepada CNBC, distribusi vaksin merupakan area yang sama sekali baru dalam sistem kesehatan.

"Ini adalah tantangan baru logistik untuk mendistribusikan vaksin dan membawanya ke tempat yang tepat serta melakukannya dengan tetap menjaga keamanan produk," katanya.

Vaksinasi Sejumah Negara

Selain AS, sejumlah negara di dunia juga baru memulai proses vaksinasi. Meksiko berencana mulai menyuntik para petugas kesehatan untuk melawan penyebaran Covid-19 pada hari ini, bersamaan dengan datangnya kiriman pertama vaksin. Pemerintah negara tersebut memerangi lonjakan tajam infeksi yang membuat kemampuan rumah sakit telah mencapai batas.

Meksiko mencatat hampir 1,4 juta kasus dan 119.495 kematian akibat Covid-19 hingga saat ini. Angka ini merupakan kasus kematian tertinggi keempat di dunia. 

Vaksinasi akan dimulai di rumah sakit di Mexico City dan kota utara, Saltillo. "Benar bahwa kita masih menghadapi pandemi yang luar biasa, tetapi hari ini adalah awal dari sebuah akhir," kata Menteri Luar Negeri Marcelo Ebrard pada konferensi pers di bandara Mexico City.

Namun, pengiriman pertama hanya berisi 3.000 dosis vaksin. Yang berikutnya akan berisi 50.000 dosis. Meksiko dijadwalkan menerima 1,4 juta unit vaksin Pfizer hingga 31 Januari, kata kementerian luar negeri. 

Sementara, Kosta Rika mengatakan akan menerima 9.750 dosis pertama vaksin Pfizer pada Rabu malam.

Indonesia tengah mempersiapkan vaksinasi Covid-19.  Pemerintah mencatat, ada enam jenis vaksin yang akan digunakan. Pertama, vaksin produksi PT Bio Farma (Persero). Kedua, vaksin produksi AstraZeneca. Ketiga, vaksin China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm). Keempat, Moderna. Kelima, Pfizer Inc. dan BioNTech. Keenam, Sinovac Biotech.

 

"Menteri dapat melakukan perubahan jenis vaksin Covid-19 sebagaimana dimaksud berdasarkan rekomendasi Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) dan memperhatikan pertimbangan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional," ujar Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dalam Kepmen yang ditandatangani pada 3 Desember 2020.

Mayoritas jenis vaksin itu masih dalam dalam tahap pelaksanaan uji klinik tahap ketiga. Oleh karena itu, Terawan menetapkan penggunaan vaksin Covid-19 hanya dapat dilakukan setelah mendapat Izin Edar atau persetujuan penggunaan darurat (emergency use authorization) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Ahli Epidemiologi FKM Universitas Indonesia dr. Syahrizal Syarif menjelaskan bahwa vaksin merupakan intervensi kesehatan terbaik di abad ke-20. Vaksin juga terbukti mampu menurunkan angka kematian dan kesakitan.

Meski begitu, dia mengingatkan masyarakat agar tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M sambil menunggu tersedianya vaksin. Adapun protokol 3M terdiri dari menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.

"Karena vaksin ini pasti pemberiannya bertahap, munculnya kekebalan kelompok di masyarakat juga bertahap," ujar Syahrizal dilansir dari covid-19.go.id pada Kamis (3/12).

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan