Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He dan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen berbicara pada Rabu (2/6) untuk pertama kalinya sejak Presiden Joe Biden menjabat.
Baik Amerika Serikat maupun Tiongkok menyatakan pembicaraan keduanya mencakup kerja sama ekonomi dan diskusi secara terang-terangan terkait isu yang tengah menjadi perhatian.
Pernyataan yang dirilis Departemen Keuangan AS menyebutkan bahwa Yellen membahas rencana pemerintahan Biden untuk mendukung pemulihan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan, serta pentingnya bekerja sama di bidang-bidang yang menjadi kepentingan AS.
"Liu dan Yellen sepakat bahwa hubungan ekonomi kedua negara sangat penting," kata media pemerintah Tiongkok, dikutip dari CNBC.
Laporan tersebut mengatakan bahwa para pemimpin mengadakan diskusi yang luas terkait situasi ekonomi makro dan kerja sama multilateral. Namun, tidak ada pihak yang membagikan rincian lebih lanjut terkait percakapan keduanya.
Dua ekonomi dunia terbesar dunia ini tetap menjadi mitra dagang yang dekat meskipun ada ketegangan geopolitik.
Dolar AS melemah seiring langkah The Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga rendah demi mendukung pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona. Ini membuat yuan Tiongkok berada pada posisi terkuatnya terhadap dolar AS dalam tiga tahun terakhir dan menyebabkan barang-barang asal Negara Tembok Raksasa ini lebih mahal bagi pembeli Amerika.
Banyak ekonom di Tiongkok juga khawatir dengan efek limpahan pengeluaran pemerintah AS yang besar dan dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Investor bertaruh pada pemulihan sehingga mendorong harga komoditas melonjak. Kenaikan harga telah memukul bisnis Tiongkok, mendorong pemerintahan Xi Jinping untuk mengumumkan dukungan tambahan dan menekan spekulasi pasar.
Media pemerintah Tiongkok mencirikan diskusi kedua pemimpin ini sebagai diskusi yang saling menghormati. Ungkapan ini sering digunakan Beijing ketika menyerukan komunikasi yang lebih baik dengan AS.
Perang dagang antara AS dan Tiongkok berlangsung sejak masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Namun baru-baru ini, Amerika Serikat mengajukan proposal kepada kelompok negara G-7 untuk melawan Tiongkok. Negeri Panda disoroti karena beberapa isu kekerasannya di Xinjiang.
Melansir Bloomberg, AS menginginkan mekanisme konsultasi yang akan melibatkan G-7 serta pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan tanggapan terkoordinasi terhadap langkah Tiongkok.
Kelompok G-7 terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, dan Italia. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas bagaimana Tiongkok memengaruhi negara lain melalui kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) infrastructure initiative. Anggota G-7 pun sepakat untuk bekerja sama mendorong ketahanan ekonomi global dalam menghadapi kebijakan dan praktik ekonomi yang sewenang-wenang dan memaksa.