IMF dan Bank Dunia Dorong Negara Maju Donorkan Vaksin Covid-19

ANTARA FOTO/REUTERS/Blair Gable/hp/cf
Blair Gable Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau disuntik vaksin penyakit virus korona (COVID-19) AstraZeneca di sebuah apotek di Ottawa, Ontario, Kanada, Jumat (23/4/2021).
4/6/2021, 13.34 WIB

Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) meminta negara-negara maju yang kelebihan pasokan vaksin Covid-19 untuk mendonorkannya ke negara-negara berkembang. Distribusi vaksin ini perlu dilakukan dalam beberapa bulan ke depan.

"Pandemi virus corona tidak akan berakhir sampai semua orang memiliki akses ke vaksin, termasuk orang-orang di negara berkembang," kata Presiden Bank Dunia David Malpass dan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dalam pernyataan bersama kepada negara-negara industri Kelompok Tujuh (G7), Kamis (3/6).

"Akses vaksin di seluruh dunia menawarkan harapan terbaik untuk menghentikan pandemi virus corona, menyelamatkan nyawa, dan mengamankan pemulihan ekonomi berbasis luas," kata Malpass dan Georgieva.

Imbauan untuk distribusi vaksin yang lebih merata ini juga disokong oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Organisasi-organisasi tersebut mendorong dukungan internasional untuk pendanaan senilai US$ 50 miliar untuk pengadaan vaksin yang lebih berkeadilan.

Databoks berikut menggambarkan beberapa negara yang memiliki jatah vaksin Covid-19 terbanyak di dunia: 

Bank Dunia dan IMF meminta negara-negara yang kelebihan pasokan vaksin dalam beberapa bulan mendatang untuk melepaskan surplus mereka secara transparan sesegera mungkin kepada negara-negara berkembang, "dengan rencana distribusi yang memadai.”

Kedua Lembaga ini juga mendesak produsen vaksin untuk memprioritaskan peningkatan produksi vaksin, memberikan peningkatan akses bagi negara-negara berkembang. "Distribusi vaksin secara lebih luas merupakan kebutuhan ekonomi yang mendesak, dan keharusan moral," demikian dikutip.

Menurut perkiraan IMF, vaksinasi yang lebih cepat dan merata dapat berkontribusi setara dengan US$ 9 triliun ke dalam ekonomi global hingga 2025. Pada konferensi pers baru-baru ini, Georgieva mengatakan bahwa 60% dari angka tersebut akan masuk ke negara-negara berkembang, dan 40% akan dinikmati oleh ekonomi maju.