Inflasi Amerika Serikat 5,4% pada Juli, Kenaikan Harga Mulai Melambat
Kenaikan harga konsumen Amerika Serikat melambat pada Juli meski inflasi tetap pada level tertinggi dalam 13 tahun secara tahunan. Ada tanda-tanda tentatif bahwa inflasi AS karena gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi sudah melewati puncaknya.
Departemen Ketenagakerjaan merilis data indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi bulan lalu sebesar 5,4% secara tahunan. Angka ini masih berada di level yang sama dari bulan sebelumnya yang merupakan rekor tertinggi dalam 13 tahun terakhir.
Tingkat inflasi Juli berhasil tumbuh 0,5% secara month-to-month (mtm), ini persis dengan perkiraan yang dibuat oleh Dow Jones. Namun, kenaikan harga barang pada Juli masih lebih rendah dari pertumbuhan inflasi Juni 2021 yang tumbuh 0,9% dari bulan sebelumnya.
Komponen inflasi inti yang tidak menghitung kenaikan harga pada komponen makanan dan energi tercatat naik 4,3% secara tahunan, melambat dari pertumbuhan tahunan Juni 4,5%. Secara bulanan, inflasi inti naik 0,3%, jauh lebih rendah dari kenaikan 0,9% pada Juni 2021. Ini juga kenaikan terkecil sejak Februari 2021.
Realisasi inflasi periode Juli 2021 juga tidak terlalu melesat jauh dari perkiraan yang dibuat Reuters yang tumbuh 0,5% secara mtm dengan inflasi inti tumbuh 0,4%.
Berdasarkan komponen barang, kenaikan harga untuk mobil dan truk bekas yang telah menyumbang sebagian besar kenaikan inflasi dalam beberapa bulan terakhir mulai melambat. Inflasi komoditas ini hanya 0,2%, anjlok dari kinerja Juni yang mencapai 10,5%. Hal serupa juga pada harga tiket pesawat yang hanya naik tipis 0,1%.
Harga sandang juga stagnan setelah bulan Juni berhasil tumbuh 0,7% secara mtm. Disusul penurunan pada layanan transportasi setelah berhasil naik signifikan di atas 1% pada bulan sebelumnya.
Mulai melambatnya laju inflasi seakan memberikan afirmasi terhadap asumsi lonjakan harga hanya bersifat sementara. Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell berulang kali meyakinkan pasar bahwa harga akan berangsur normal saat rantai pasok mulai membaik. Kondisi ini akan sangat mempengaruhi keputusan The Fed menyangkut langkah tapering off atau pengetatan stimulus yang belakangan kembali ramai dibicarakan.
"Rincian rilis data menunjukkan beberapa pelonggaran mobilitas dan kekurangan pasokan telah mendorong kenaikan harga, dan secara tentatif menunjukkan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya" tulis kepala strategi di Principal Global Investors Seema Shah seperti dikutip dari CNBC, Kamis (12/8).
The Fed telah mempertahankan suku bunga mendekati nol selama 12 bulan terakhir, sebagai upaya mendukung pemulihan ekonomi AS. Bank sentral juga membanjiri pasar keuangan dengan memborong US$ 120 miliar obligasi pemerintah setiap bulannya.
Beberapa pejabat The Fed sejak minggu lalu mulai memberikan sinyal akan dimulai pengurangan stimulus moneter dalam waktu dekat. Wakil Gubernur Fed Richard Clarida dalam sebuah webinar minggu lalu memberikan perkiraan suku bunga rendah hanya akan bertahan hingga akhir tahun depan dan akan naik mulai tahun 2023.
Namun, The Fed diperkirakan akan mulai mempertimbangkan tapering off lebih cepat lagi melalui pengurangan pembelian obligasi. Selain kondisi inflasi, bank sentral juga akan mengamati kondisi ketenagakerjaan dalam dua bulan ini. The Fed diperkirakan akan mengevaluasi pembelian obligasi mulai Oktober mendatang, dengan syarat laporan ketenagakerjaan hingga September masih menunjukkan adanya pemulihan.
Sementara, Departemen Tenaga Kerja pekan lalu juga merilis data ketenagakerjaan yang baru, terdapat penambahan 943 ribu pekerja di bulan Juli . Angka ini adalah yang tertinggi sejak September 2020 yakni 1,58 juta orang.