AS Tarik Seluruh Pasukan, Tampuk Kekuasaan Afganistan Balik ke Taliban

ANTARA FOTO/U.S. Central Command/Handout via REUTERS/AWW/sa.
Marinir AS menghormati anggota layanan mereka yang tewas dalam aksi selama upacara ramp di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Jumat (27/8/2021). Gambar diambil (27/8/2021). ANTARA FOTO/U.S. Central Command/Handout via REUTERS/AWW/sa.
Penulis: Maesaroh
31/8/2021, 08.26 WIB

Amerika Serikat (AS) telah menarik seluruh pasukan militernya dari Afganistan, pada Senin (30/8), sekaligus mengakhiri kehadiran mereka selama 20 tahun di sana. Selanjutnya, kekuasaan Afganistan akan dipegang penuh oleh kelompok Taliban.

Penarikan tentara AS berlangsung sehari lebih cepat daripada yang ditentukan yakni 31 Agustus. Setelah penarikan pasukan, Presiden AS Joe Biden langsung memberikan pernyataan.
"Hari ini, 20 tahun kehadiran AS di Afganistan berakhir," tuturnya, seperti dilansir Reuters.

Secara khusus, Biden berterima kasih kepada tentara AS yang menjalankan misi evakuasi yang melelahkan dan berbahaya.  Biden juga mengingatkan Taliban bahwa dunia menunggu komitmen mereka untuk tetap memberikan jaminan keamanan bagi siapapun yang ingin meninggalkan Aganistan.
Presiden AS ke-47 tersebut dijadwalkan akan memberikan keterangan pers lebih lanjut pada Selasa (31/8).

Sejak Taliban mengambalih kekuasaan Afganistan pada 15 Agustus lalu, tentara AS secara keseluruhan telah mengevakuasi lebih dari 123 ribu warga sipil, sebuah operasi terbesar yang pernah dilakukan negara adi kuasa tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pemerintah AS tidak akan menjalin kerja sama dengan kelompok Taliban atas dasar kepercayaan tetapi akan terlibat secara diplomatik di negara tersebut untuk mengevakuasi sekitar 300 warga AS yang berada di Afganistan.
"(Kerja sama) akan didasakan pada kepentingan nasional yang vital" tutur Blinken dalam jumpa pers, seperti dilansir BBC.

Blinken juga mengatakan AS tidak akan membuka kedutaan besar di Afganistan. Kendati demikian, sikap dan perilaku kelompok Taliban bisa menjadi pertimbangan bagi AS untuk membuka kedutaannya. AS akan menjalankan misi dimplomatiknya dari Doha, Qatar.

Blinken menyebut penarikan pasukan AS dari Afganistan serta evakuasi dalam dua pekan terakhir adalah "operasi militer yang masif dan paling menantang yang pernah dilakukan AS.

Di luar perkiraan pada bulan-bulan sebelumnya, penarikan tentara AS di Afganistan serta misi evakuasi diwarnai dengan kekacauan, puluhan korban meninggal, serta  serangan bom.
Dua bom meledak di luar bandara Kabul pada Kamis (26/8) yang menewaskan 90 warga sipil dan 13 tentara AS. AS juga melancarkan serangan drone pada Minggu (29/8) untuk menggagalkan serangan mobil bom bunuh diri yang hendak menuju bandara Kabul, tempat evakuasi ribuan warga.

 Taliban Kembali Berkuasa Penuh
Menyusul penarikan AS, rangkaian senjata berbunyi di kota Kabul untuk merayakan peristiwa bersejarah tersebut.
"Begitu tentara AS terakhir meninggalkan bandara Kabul maka pada saat itulah negara kita kembali mendapatkan kemerdekaannya," kata juru bicara Taliban Qari Yusuf saat diwawancarai Al-Jazeera.

Munculnya kembali Taliban sebagai penguasa Afghanistan membuka sejarah masa lalu kelompok tersebut. Didirikan pada 1994, Taliban sebenarnya adalah sekutu Amerika Serikat sebelum pasukan gabungan NATO menginvasi negara tersebut pada 2001. Saat itu, NATO yang dipimpin Amerika Serikat memburu pimpinan Al Qaeda, Osama bin Laden, setelah meyakini bahwa bin Laden adalah otak dibalik serangan 11 September 2001 di New York.

AS dan koalisinya menginvasi Afganistan pada 2003. Dibantu NATO dan Amerika Srikat, Afganistan membentuk pemerintahan baru pada 2004 dan menghabisi kuasa Taliban.
Namun, perjuangan Taliban untuk kembali berkuasa di Afganistan terus berlanjut hingga puncaknya pada 15 Agustus 2021 mereka mengambilalih tampuk pimpinan negara tersebut setelah Presiden Ashraf Ghani memilih kabur ke Uni Emirat Arab.