Studi: Covid-19 Turunkan Harapan Hidup Pria Lebih Besar Dari Wanita

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Petugas menggunakan protokol kesehatan lengkap beristirahat usai memakamkan jenazah korban Covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Jumat, (16/7/2021).
Penulis: Happy Fajrian
27/9/2021, 08.15 WIB

Sebuah studi oleh Universitas Oxford menyatakan bahwa tingkat harapan hidup dunia berkurang hingga enam bulan akibat pandemi Covid-19. Bahkan harapan hidup pria dewasa di Amerika Serikat (AS) turun hingga lebih dua tahun. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Perang Dunia II.

Tingkat harapan hidup turun hingga enam bulan dibandingkan pada 2019 terjadi di 22 negara dari total 29 negara yang dianalisis, mulai dari Eropa, AS, dan Cili. Secara keseluruhan terjadi penurunan harapan hidup di 27 negara.

Oxford menyatakan sebagian besar penurunan harapan hidup di berbagai negara dapat dikaitkan dengan kematian resmi Covid-19. Ada hampir 5 juta kematian yang dilaporkan disebabkan oleh virus corona baru sejauh ini.

“Fakta bahwa hasil kami menyoroti dampak besar yang secara langsung dapat dikaitkan dengan Covid-19 menunjukkan betapa dahsyatnya kejutan itu bagi banyak negara,” kata salah satu peneliti, Dr. Ridhi Kashyap, seperti dikutip Reuters Senin (27/9).

Menurut studi yang telah diterbitkan di the International Journal of Epidemiology ini, ada penurunan yang lebih besar dalam harapan hidup untuk pria daripada wanita di sebagian besar negara. Penurunan terbesar pada pria Amerika, yakni hingga 2,2 tahun dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi.

Secara keseluruhan, harapan hidup pria menurun lebih dari setahun di 15 negara, dibandingkan dengan wanita yang hanya terjadi di 11 negara. “Covid-19 telah menghapuskan kemajuan peningkatan harapan hidup yang berhasil dicapai dalam 5,6 tahun seblumnya,” tulis studi tersebut.

Di AS, peningkatan angka kematian terutama terjadi pada mereka yang berusia kerja dan mereka yang berusia di bawah 60 tahun. Sementara di Eropa, kematian di antara orang-orang berusia di atas 60 tahun berkontribusi lebih signifikan terhadap peningkatan angka kematian.

Kashyap mengimbau lebih banyak negara, termasuk negara berpenghasilan rendah dan menengah, untuk membuat data kematian tersedia untuk studi lebih lanjut. “Kami sangat membutuhkan publikasi dan ketersediaan lebih banyak data terpilah untuk lebih memahami dampak pandemi secara global,” katanya.

Menurut analisis CNN terhadap data Universitas Johns Hopkins dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, angka rata-rata kematian pasien Covid-19 lebih tinggi empat kali lipat di negara bagian dengan vaksinasi rendah.

Di negara bagian dengan vaksin terendah, sekitar delapan orang dari setiap 100 ribu penduduk meninggal karena Covid-19 selama seminggu terakhir. Sementara 10 negara bagian yang paling tinggi vaksinasinya mencatatkan kematian sekitar dua dari setiap 100 ribu orang.

Selain itu, negara bagian yang kurang divaksinasi cenderung memiliki tingkat rawat inap yang lebih tinggi. Data terbaru dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS menunjukkan rata-rata ada 39 pasien rawat inap Covid-19 per 100 ribu orang di 10 negara bagian yang paling sedikit divaksinasi.

Jumlah itu hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan 10 negara bagian yang paling banyak divaksinasi. Di wilayah tersebut, rata-rata pasien yang menjalani rawat inap hanya 14 per 100 ribu penduduk.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan