“Saya sampaikan kita menerima penjelasan Australia, kita mendengarkan komitmen-komitmen yang diberikan Australia termasuk untuk terus menghormati NPT [Treaty of Non-Proliferation Nuclear], prinsip-prinsip non-proliferasi dan hukum internasional,” ujarnya dalam keterangan Resmi, Rabu (22/9).
Sebagai informasi, AUKUS dibentuk pada 15 September lalu dengan tujuan untuk membagikan teknologi termasuk infrastruktur pertahanan nuklir. AUKUS akan fokus pada upaya pembagian informasi dalam bidang artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, keamanan siber dan infrastruktur pertahanan nuklir. AUKUS juga merupakan aliansi pertahanan yang dibentuk untuk melawan dominasi Cina di kawasan Indo-Pasifik.
Salah satu bentuk kerjasamanya adalah untuk membantu Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir. Hal tersebut akan menjadikan Australia sebagai negara ketujuh yang memiliki kapal selam jenis ini jika proyek tersebut tercapai.
Sebelumnya Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim mengatakan bahwa AS tidak meminta negara ASEAN manapun termasuk Indonesia untuk memilih antara AUKUS atau negara lain. Meski demikian dirinya tidak menampik kemungkinan AUKUS untuk bekerja sama dengan negara-negara ASEAN.
"Kami akan memperkuat kerja sama dengan Indonesia dan ASEAN karena kami melihat pentingnya kawasan ini. Kami akan fokus untuk menjaga perdamaian, kemakmuran, dan keberlanjutan di kawasan ini," ujar Kim pada Rabu (29/9) lalu.
AS juga sudah pernah bekerja sama dengan Indonesia dalam bentuk melakukan latihan militer bulan Agustus lalu. Latihan tersebut diberi nama “Garuda Shield 15/2021” yang berlangsung di Pusat Latihan Tempur Baturaja, Sumatera Selatan; Amborawang, Kalimantan Timur; dan Makalisung, Sulawesi Utara.