Banjir Landa Tambang Batu Bara Cina, Krisis Energi Berpotensi Memburuk

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj.
Ilustrasi tambang batu bara.
Penulis: Happy Fajrian
12/10/2021, 11.40 WIB

Krisis energi di Cina berpotensi memburuk setelah banjir melanda provinsi Shaanxi yang merupakan daerah penghasil batu bara terbesar negara itu. Sebanyak 60 tambang batu bara terpaksa berhenti beroperasi membuat upaya peningkatan pasokan terhenti dan melambungkan harga.

Tambang batu bara di Provinsi Shaanxi berkontribusi terhadap 25% kapasitas produksi batu bara Negeri Panda. Biro Manajemen Darurat Cina juga melaporkan bahwa provinsi lainnya yang berdekatan dengan Shaanxi juga menghadapi hujan besar yang berdampak pada operasional tambang.

Banjir ini mengantarkan batu bara Cina ke harga tertingginya pada Senin (11/10) di Zhengzhou Commodity Exchange pada level US$ 219 per ton, naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan harga pada awal tahun ini.

"Sejak awal tahun ini, harga energi di pasar internasional telah meningkat tajam, dan pasokan listrik dan batu bara dalam negeri tetap ketat. Ini menyebabkan pemadaman listrik di beberapa tempat, mempengaruhi perekonomian dan warga," tulis pernyataan Dewan Negara Cina, dikutip CNN, Selasa (12/10).

Batu bara merupakan sumber energi utama negara ini yang digunakan untuk pemanas, pembangkit listrik, dan pembuatan besi. Tahun lalu, batu bara berkontribusi hampir 60% dalam bauran energi Cina.

Cuaca buruk ini melanda di saat Cina tengah berupaya mengatasi krisis energi dengan meningkatkan produksi batu bara. Krisis yang telah menyebar ke 20 provinsi di negara ini memaksa otoritas menjatah listrik pada jam-jam sibuk di baik untuk rumah tangga maupun industri. Alhasil banyak industri yang berhenti beroperasi.

Krisis ini disebabkan berbagai faktor yang mendongkrak permintaan di saat kapasitas produksi komoditas energi belum kembali normal imbas pandemi Covid-19. Komitmen Cina untuk mengurangi emisi karbon juga menyebabkan ratusan tambang batu bara tutup atau memangkas produksinya tahun ini, sehingga mendongkrak harga batu bara.

Perang dagang dengan Australia turut memperburuk kondisi pasokan karena Cina membatasi impor batu bara dari negara itu. Sementara Administrasi Energi Nasional Cina konsumsi daya secara keseluruhan dari Januari hingga Agustus tumbuh 14% dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.

Lonjakan tersebut disebabkan musim panas yang lebih panas dari biasanya mendorong pemakaian daya listrik yang lebih tinggi untuk pendingin udara. Sementara produksi listrik dari sumber energi terbarukan, seperti tenaga air, tertatih-tatih akibat kekeringan yang terjadi pada beberapa bulan terakhir.

Masalah tersebut menyebabkan pemerintah pusat Cina mengizinkan pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menaikkan harga yang mereka tetapkan untuk listrik hingga 20%. Simak databoks berikut:

Pembangkit listrik di Cina sempat enggan menggenjot produksi karena mahalnya harga batu bara. Ini karena pemerintah pusat mengendalikan tarif listrik, sehingga produsen tidak bisa begitu saja menaikkan harga mereka tanpa izin.

Pemerintah mengambil langkah lain untuk meredakan krisis. Pihak berwenang di Mongolia Dalam - provinsi penghasil batubara terbesar kedua di Cina - pada hari Jumat juga meminta 72 tambang untuk meningkatkan produksi sebesar 98,4 juta ton, setara dengan sekitar 30% dari produksi batubara bulanan negara ini.