Inflasi AS Cetak Rekor Tertinggi 30 Tahun, Biden Soroti Harga Energi

ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst/PRAS/sa.
Presiden Joe Biden menyatakan inflasi AS kini jadi perhatian utama pemerintah.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
12/11/2021, 11.32 WIB

Harga-harga di Amerika Serikat (AS) menunjukkan lonjakan yang signifikan pada bulan lalu. Inflasi harga konsumen meroket ke level tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Presiden Joe Biden menyatakan inflasi AS kini jadi perhatian utama pemerintah.

Biden mengatakan masyarakat AS telah membayar biaya energi khsusunya untuk gas yang semakin mahal. Di beberapa bagian di negara bagian California, harga gas bahkan mencapai US$ 4,5 atau setara Rp 64.000 per galon (kurs Rp 14.240 per US$). Mengutip gasprices.aaa.com, harga rata-rata bulanan gas AS hanya US$ 3,27 per US$.

"Hari ini, saya di sini untuk berbicara tentang salah satu masalah ekonomi paling mutakhir dari rakyat Amerika. Pertama adalah menurunkan harga. Kedua, memastikan toko-toko terisi penuh dan ketiga, mendorong lebih banyak lagi orang yang kembali bekerja," kata Bidan saat hadir dalam sebuah acara di Baltimore, AS seperti dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (11/11).

Lonjakan inflasi di AS tampaknya didorong oleh meningkatnya permintaan seiring perekonomian yang makin membaik. Laporan minggu lalu menunjukkan terdapat tambahan tenaga kerja baru di AS sebanyak 80 ribu orang dalam sebulan. Pengangguran juga turun ke level terendah sepanjang era pandemi menjadi 4,6%. Perbaikan tenaga kerja ini juga diikuti kenaikan upah sebesar 4,9% secara tahunan.

"Segala sesuatu mulai dari satu galon gas hingga sepotong roti harganya lebih mahal, dan itu mengkhawatirkan meskipun upah naik. Kami masih menghadapi tantangan dan kami harus mengatasinya,” kata Biden.

Masalah inflasi dan rantai pasokan telah mengganggu ekonomi AS selama berbulan-bulan. Namun, rilis data inflasi Oktober minggu ini semakin menimbulkan kekahwatiran pasar terhadap lonjakan harga-harga yang kian memanas.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS bulan lalu tercatat 6,2% secara tahunan, lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones 5,9%. Kinerja ini sekaligus yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Sementara inflasi bulanan tercatat 0,9%, juga di atas perkiraan sebesar 0,6%.

Inflasi inti bulanan naik 0,6% dari perkiraan 0,4%. Inflasi inti secara tahunan mencapai 4,6%, juga lebih tinggi dari ekspektasi 4% dan tertinggi sejak Agustus 1991.

Inflasi terutama didorong lonjakan pada harga energi, penjualan kendaraan bekas hingga makanan. Harga bahan energi secara keseluruhan naik 4,8% secara bulanan dan 30% dibandingkan tahun lalu. Harga kendaraan bekas kembali menjadi kontributor besar dalam lonjakan harga, naik 2,5% dibandingkan bulan sebelumnya dan 26,4% untuk tahun ini.

Kemudian harga makanan juga menunjukkan kenaikan yang cukup besar, naik 0,9% secara bulanan dan 5,3% secara tahunan. Dalam kategori makanan, daging, unggas, ikan dan telur secara kolektif naik 1,7% secara bulanan dan 11,9% secara tahunan.

Di samping masalah rantai pasok, ekonom melihat kenaikan inflasi di AS murni karena peningkatan permintaan setelah berbagai sektor ekonomi mulai dibuka. Karena itu, Biden dinilai tidak punya begitu banyak opsi untuk mengatasi masalah ini.

Di tengah keterbatasan itu, Gedung Putih memfokuskan sebagian besar energinya untuk memperbaiki penundaan di pelabuhan-pelabuhan utama dan masalah rantai pasokan lainnya. Awal pekan ini, pemerintah mengeluarkan anggaran untuk konstruksi di sejumlah pelabuhan senilai US$ 4 miliar atau Rp 56,9 triliun.

Biden tampaknya juga akan memasukkan agenda perbaikan rantai pasok ini di dalam rencana anggaran infrastruktrunya senilai US$ 1 triliun atau Rp 14,2 kuadriliun. Adapun sekitar US$ 17 miliar atau Rp 242 triliun diantaranya akan dipakai untuk memperbaiki infrastruktur di pelabuhan pesisir dan pedalaman, saluran air dan pelabahuan pintu masuk di sepanjang perbatasan AS.

"Berkat langkah-langkah yang kami ambil, segera kami akan melihat rantai pasokan mulai menyusul perbaikan di sisi permintaan. Jadi kita tidak hanya akan melihat lebih banyak pertumbuhan pekerjaan yang memecahkan rekor, kita juga akan melihat harga yang lebih rendah dan pengiriman yang lebih cepat," kata Biden.

Reporter: Abdul Azis Said