Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyarankan agar seluruh negara berhati-hati dalam menerapkan pembatasan perjalanan setelah varian baru Covid-19 bernama B.1.1.529 ditemukan. Mereka mengimbau agar kebijakan tersebut diterapkan berbasis risiko dan menggunakan pendekatan ilmiah.
WHO menggelar pertemuan tertutup di Jenewa, Swiss, hari ini untuk memutuskan apakah varian baru Covid-19 B.1.1.529 merupakan varian of interest atau variant of concern, dan apakah mutasi varian ini resisten terhadap vaksin.
Otoritas global bereaksi dengan waspada terhadap varian ini. Sejumlah negara di Uni Eropa, dan Inggris telah memperketat kontrol perbatasannya. Sejumlah negara di Asia pun telah memperketat aturan perjalanan dan mempertimbangkan untuk menutup perbatasan.
“Pada titik ini penerapan langkah-langkah perjalanan diperingatkan. WHO merekomendasikan agar negara-negara menerapkan pendekatan berbasis risiko dan ilmiah ketika menerapkan kebijakan itu,” kata juru bucara WHO Christian Lindmeier seperti dikutip Reuters, Jumat (26/11).
Sebab, perlu beberapa minggu untuk mengidentifikasi penularan varian baru ini, dan efektivitas vaksin dan terapi terhadapnya. Sejauh ini WHO telah mengidentifikasi 100 urutan varian Covid-19 yang telah dilaporkan.
“Orang-orang harus terus memakai masker bila memungkinkan, menghindari pertemuan besar, ventilasi ruangan dan menjaga kebersihan tangan,” kata Lindmeier.
Ahli epidemiologi dan pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 Maria van Kerkhove mengatakan bahwa tak banyak informasi yang diketahui tentang varian baru ini. “Yang pasti, varian ini memiliki jumlah mutasi yang besar. Banyaknya mutasi mempengaruhi perilaku virus tersebut,” ujarnya.
Lindmeier mengatakan bahwa kelompok penasihat teknis badan PBB dan pakar evolusi virus lainnya sedang berunding dengan para peneliti Afrika Selatan.
Negara Asia dan Eropa Kembali Perketat Perbatasan
Sejumlah negara di Asia dan Eropa kembali memperketat pintu masuknya usai varian baru Covid-19 bernama B.1.1.529 muncul di Afrika Selatan. Mutasi baru ini bahkan telah ditemukan di Botswana hingga Hong Kong.
Reuters melaporkan Singapura dan India telah mengumumkan kontrol perbatasan dengan lebih ketat. Otoritas Singapura akan membatasi kedatangan dari Afrika Selatan dan negara sekitarnya sebagai bentuk pencegahan.
Mereka meniru Inggris yang melarang penerbangan dari Afsel, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho, dan Eswatini. Pemerintah Negeri Ratu Elizabeth itu juga telah meminta pelancong yang kembali dari negara-negara tersebut untuk menjalani karantina.
Pemerintah pusat India juga mengimbau kepada seluruh negara bagiannya untuk melakukan tes dan menyaring pelancong internasional dari Afrika Selatan dan negara lain yang dianggap berisiko. Sementara Jepang juga memperketat kontrol perbatasan bagi Afsel dan lima negara lain di Afrika.
Kemudian otoritas Taiwan juga menyatakan bahwa para pelancong dari negara-negara Afrika bagian selatan yang "berisiko tinggi" harus masuk ke fasilitas karantina yang dikelola pemerintah selama 14 hari.
Italia juga melarang masuk mereka yang mengunjungi beberapa negara Afrika bagian selatan selama 14 hari terakhir. Jerman juga akan mendeklarasikan Afsel sebagai daerah varian virus.
Sementara Indonesia belum melakukan langkah serupa. Sebab Kementerian Kesehatan masih menunggu rekomendasi WHO. Saat ini Indonesia juga belum membuka pintu kedatangan internasional untuk Afrika Selatan.
"Kita lihat dulu kategori varian ini sesuai rekomendasi WHO, apakah Variant of Interest atau Variant of Concern," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi kepada Katadata.co.id, Jumat (26/11).
Sementara itu, pemerintah menjaga pintu masuk sesuai dengan aturan yang ada saat ini. Namun, Kemenkes tetap memantau perkembangan bahaya varian baru tersebut. Saat ini, pemerintah telah membuka pintu masuk ke Bali dan Kepulauan Riau bagi wisatawan mancanegara dari 19 negara.