The Fed Antisipasi Varian Omicron Memperburuk Inflasi di AS

https://www.federalreserve.gov
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, faktor-faktor yang mendorong kenaikan inflasi akan bertahan hingga tahun depan.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
30/11/2021, 11.08 WIB

Kemunculan varian Omicron menimbulkan kekhawatiran baru terhadap prospek ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat. Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) memperingatkan lonjakan kasus positif dari varian baru Covid-19 ini dapat memicu kenaikan inflasi yang berkepanjangan.

"Peningkatan kasus Covid-19 baru-baru ini dan munculnya varian Omicron menimbulkan risiko penurunan terhadap pekerjaan dan aktivitas ekonomi dan meningkatkan ketidakpastian inflasi,” kata Gubernur The Fed Jerome Powell di depan anggota Senat AS seperti dikutip CNBC Internasional, Selasa (30/11).

Kekhawatiran terhadap varian baru ini mendorong pemulihan tenaga kerja yang tengah berlangsung akan mulai melambat karena semakin sedikit pekerja yang akan bekerja secara langsung. Sementara varian baru juga akan semakin memperparah gangguan rantai pasok yang saat ini belum sepenuhnya pulih.

Powell yang dalam kesempatan sebelumnya berulang kali mengatakan bahwa inflasi hanya bersifat sementara, kini tampaknya mulai mengubah pandangannya. Ia mengatakan, faktor-faktor yang mendorong kenaikan inflasi akan bertahan hingga tahun depan.

Kendati demikian, dia juga mengungkap beberapa analisis yang memproyeksikan inflasi akan mereda secara signifikan tahun depan. Hal ini didukung perbaikan di rantai pasok serta permintaan yang diprediksi mulai turun.

Amerika kini tengah berjuang mengendalikan kenaikan harga-harga. Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Oktober tercatat 6,2% secara tahunan, lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones 5,9%. Kinerja ini sekaligus yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Sementara inflasi bulanan tercatat 0,9%, juga di atas perkiraan sebesar 0,6%.

Inflasi IHK inti bulanan naik 0,6% dari perkiraan 0,4%. Inflasi inti secara tahunan mencapai 4,6%, juga lebih tinggi dari ekspektasi 4% dan tertinggi sejak Agustus 1991.

Data kenaikan harga-harga yang dilihat dari indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) juga mencatat inflasi 5% secara tahunan. Ini merupakan rekor tertinggi sejak November 1990. Secara bulanan PCE juga naik 1,3%, di atas perkirakaan Dow Jones. Indeks ini menggambarkan kenaikan harga-harga yang dikeluarkan oleh konsumen di AS.

Indeks PCE Inti yang mengecualikan harga-harga makanan dan energi juga mencatat inflasi sebesar 4,% secara tahunan, tertinggi sejak Januari 1991. Komponen PCE inti ini merupakan salah satu data inflasi yang paling dipertimbangkan The Fed untuk memulai tapering off.

Prospek inflasi yang berkepanjangan ini mendorong kembali menguatnya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Pasar bertaruh bank sentral terbesar dunia itu akan menaikkan bunga acuannya tahun depan, lebih cepat dari rencana awal pada tahun 2023.

Pernyataan Powell datang hanya beberapa hari setelah kekhawatiran atas varian Covid baru mendorong investor untuk membuang saham AS dan mendorong kembali ekspektasi mereka untuk kenaikan suku bunga Fed di masa depan. Indeks saham Dow Jones Industrial Average turun 900 poin, atau 2,5% penutupan pekan lalu yang juga merupakan sesi terbutuk sepanjang tahun ini. Tetapi indeks saham utama AS mulai rebound di perdagangan kemarin.

Reporter: Abdul Azis Said