Studi: Efektivitas Vaksin Pfizer dan BioNTech Menurun Terhadap Omicron

ANTARA FOTO/REUTERS/Sumaya Hisham/WSJ/cfo
Seorang tenaga kesehatan mengambil swab dari seorang penumpang untuk tes PCR penyakit virus korona (COVID-19) sebelum bepergian ke Uganda, di tengah penyebaran virus korona varian baru, Omicron, di Bandara Internasional O.R. Tambo di Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (28/11/2021).
Penulis: Happy Fajrian
8/12/2021, 06.56 WIB

Hasil studi yang dilakukan Africa Health Research Institute di Afrika Selatan menunjukkan bahwa efektivitas vaksin Covid-19 Pfizer dan BioNTech berkurang saat menghadapi varian Omicron.

Kepala peneliti Africa Health Research Institute, Alex Sigal, mengatakan bahwa varian Omicron dapat menghindari perlindungan dari vaksin buatan Pfizer dan BioNTech. Meski demikian penyintas Covid-19 yang telah menerima suntikan vaksin penguat atau booster memiliki perlindungan lebih dari gejala parah.

“Ada penurunan yang sangat besar dalam netralisasi varian Omicron dibandingkan jenis Covid-19 sebelumnya. (Tapi) penyintas yang diikuti dengan suntikan booster akan meningkatkan tingkat netralisasi dan memberikan perlindungan dari gejala parah Omicron,” ujarnya seperti dikutip CNBC, Selasa (7/12).

Dia menjelaskan bahwa kesimpulan ini berdasarkan uji 14 sampel darah dari 12 orang yang telah divaksinasi dengan Pfizer dan BioNTech. Enam di antaranya merupakan penyintas Covid-19. Hasilnya, Hanya lima dari enam sampel darah orang yang telah divaksinasi dan telah terinfeksi Covid-19 masih dapat menetralisir varian Omicron.

Menurut laporan tersebut terjadi penurunan hingga 41 kali lipat dalam tingkat antibodi penetralisir varian Omicron. Sigal mengatakan angka tersebut akan disesuaikan setelah dilakukan eksperimen terhadap sampel yang lebih banyak.

Sebelumnya CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan bahwa perusahaan dapat mengembangkan vaksin yang secara khusus menargetkan Omicron pada Maret 2022 jika diperlukan. Namun butuh waktu beberapa minggu untuk mendapatkan data yang lebih pasti tentang apakah vaksin saat ini memberikan perlindungan yang cukup terhadap varian Omicron.

“Varian Omicron menyebar cepat tetapi menyebabkan gejala yang lebih ringan belum tentu merupakan kabar baik. Ini berarti akan terjadi pada miliaran orang dan mutasi lain mungkin datang, dan kita tidak menginginkan itu,” kata Bourla.

Sementara CEO Pfizer sebelumnya mengatakan bahwa perlindungan yang diberikan oleh vaksin dua dosis perusahaan kemungkinan akan menurun dalam menghadapi Omicron.

Varian Omicron yang pertama kali diidentifikasi di Afrika bagian selatan memiliki lusinan mutasi yang umumnya membuat virus lebih menular. Kepala penasihat medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mengatakan bahwa data dari Afrika Selatan dengan jelas menunjukkan tingkat penularan yang tinggi. “Terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang apakah Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah,” ujarnya.

Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan, dalam sebuah laporan yang diterbitkan Sabtu (4/12), menemukan bahwa sebagian besar pasien yang dirawat di rumah sakit di Pretoria yang menderita Covid tidak memerlukan oksigen tambahan, seperti yang biasa terjadi pada gelombang infeksi sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan Omicron sebagai varian yang menjadi perhatian. “Tetapi tidak ada bukti yang mendukung perlunya vaksin baru yang dirancang khusus untuk mengatasi varian Omicron dengan banyak mutasinya,” kata badan PBB ini.

Belum ada data signifikan tentang bagaimana vaksin dari Moderna, Johnson & Johnson, dan merek vaksin lainnya bertahan terhadap varian baru ini. Semua produsen, termasuk Pfizer, diperkirakan baru akan merilis data-datanya dalam beberapa minggu ke depan.