Negara G7 Tolak Permintaan Putin Membayar Gas dari Rusia dengan Rubel

ANTARA FOTO/REUTERS/Hannah McKay/rwa/cf
Seorang pria berjalan melewati grafiti tentang Presiden Rusia Vladimir Putin, saat invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut, di London, Britain, Rabu (2/3/2022).
Penulis: Yuliawati
29/3/2022, 13.55 WIB

Uni Eropa akan berjuang untuk mengganti semua ekspor gas Rusia dalam waktu singkat. Hingga saat ini, Gazprom Rusia masih terus memasok gas alam ke Eropa melalui Ukraina sejalan dengan permintaan dari konsumen Eropa.

Permintaan membayar gas dengan rubel ini datang dari Presiden Rusia Vladimir Putin.  Putin meminta negara-negara tak bersahabat yang membeli gas Rusia untuk membayarnya dalam mata uang rubel alih-alih dalam Euro seperti ketentuan dalam kontrak yang berlaku saat ini. 

Negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) telah memberlakukan sanksi berat terhadap Rusia sejak Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Namun, Eropa sangat bergantung pada gas Rusia untuk pemanas dan pembangkit listrik.

Saat ini, negara-negara di Uni Eropa masih memiliki perbedaan pendapat terkait perlu atau tidaknya memberi sanksi pada sektor energi Rusia. Harga gas Eropa melonjak di tengah kekhawatiran terjadinya krisis energi di kawasan tersebut. 

"Jika Anda menginginkan gas kami, belilah mata uang kami," ujar Putin pada pertemuan yang disiarkan televisi dengan para menteri pemerintah, seperti dikutip dari Antara, Kamis (24/3).

Namun, masih belum jelas bahwa Rusia memiliki kekuatan untuk mengubah kontrak jual beli gas secara sepihak atau tidak.

"Rusia akan terus memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga seperti dalam kontrak yang disepakati sebelumnya. Perubahan hanya akan mempengaruhi mata uang pembayaran yang diubah menjadi rubel Rusia," kata Putin. 

Halaman:
Reporter: Antara