Sebelumnya, penggunaan ban dengan warna pelangi diklaim sebagai bentuk dukungan atas persamaan hak bagi kelompok Lesbian, Guy, Biseksual dan Transgender (LGBT).  Pengenaan ban lengan semula menjadi cara para pemain Eropa untuk memprotes kebijakan pemerintah Qatar yang tegas terhadap kelompok LGBT. Undang-undang negara tuan rumah Qatar menyatakan hubungan homoseksual adalah tindakan ilegal. 

 Larangan dari FIFA mendapat kecaman dari pendukung kelompok pendukung LGBT. Grup penggemar sepakbola inggris 3LionsPride memprotes sikap itu sebagai bentuk penentangan terhadap hak untuk berpendapat. 

“Lebih dari mengecewakan bahwa @FIFAWorldCup dan @FIFAcom diam dan membelok sehingga kapten tim Eropa menghadapi pertandingan dengan ancaman kartu kuning hanya karena menyoroti persoalan HAM,”ujar perwakilan 3LionsPride. 

Sementara Asosiasi Pendukung Sepakbola Inggris (FSA) mengatakan merasa tidak senang dengan FIFA.  FSA merasa keputusan FIFA telah mengkhianati penghormatan terhadap kebebasan berekspresi yang selama ini dijunjung. Asosia juga mengkritiknya lambatnya respons FIFA dalam menyatakan sikap soal pengenaan ban lengan ‘OneLove” 

"Kami percaya (keputusan) belum pernah terjadi sebelumnya - kami menulis kepada FIFA pada bulan September untuk memberitahu mereka tentang keinginan kami mengenakan ban lengan One Love untuk secara aktif mendukung inklusi dalam sepak bola, dan tidak ada tanggapan," kata pernyataan itu.

Halaman: