Turki Keluarkan Travel Warning ke AS dan Eropa, RI Pantau Situasi

ANTARA/Shofi Ayudiana
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah memberikan keterangan dalam sesi pengarahan pers di Jakarta, Kamis (19/1/2023). (ANTARA/Shofi Ayudiana)
29/1/2023, 23.26 WIB

Selain Indonesia dan Turki, beragam negara di dunia turut mengecam aksi ini, dari Arab Saudi, Kuwait, hingga Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Bahkan Swedia pun turut mengutuk aksi yang dilakukan Paludan. Meski begitu, mereka menjelaskan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari kebebasan berekspresi.   

Sementara itu, melalui dua travel warning berbeda yang terbit Sabtu (28/1), Turki meminta warganya di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa agar tetap tenang. "Bertindak dengan tenang dalam menghadapi kemungkinan pelecehan dan serangan xenofobia dan rasis," bunyi peringatan tersebut seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/1).

Selain itu, otoritas Turki juga meminta warganya agar menghindari lokasi tempat terjadinya unjuk rasa. "Menjauh dari area di mana demonstrasi dapat meningkat," bunyi peringatan tersebut.

Siapa Rasmus Paludan?

Pembakaran Al Quran di Swedia bermula saat Paludan menggelar unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Turki di Stockholm.

Ternyata aksi pembakaran Al Quran itu bukan pertama kalinya Paludan lakukan. Menyitir laporan BBC Internasional, pada April 2022, Paludan menggalang demonstrasi serupa di beberapa kota di Swedia, dengan membawa partai Stram Kurs yang ia bentuk pada 2017. Partai ini kerap menyuarakan agenda anti-imigran dan anti-Islam.

Sebelum itu, pada 2019, ia membakar Al Quran yang dibungkus dengan daging babi.

Paludan sebelumnya dikenal sebagai seorang pengacara dan Youtuber. Ia juga pernah menjalani hukuman penjara karena kasus penghinaan rasial.

Halaman: