Kerusuhan Prancis Meluas, Kendaraan Lapis Baja Dikerahkan Hadapi Massa

Antara
Demonstrasi di Prancis meluas
Penulis: Ira Guslina Sufa
1/7/2023, 20.03 WIB

Pemerintah Prancis mengerahkan kendaraan lapis baja ke jalan-jalan yang menjadi titik kumpul para demonstran pada  Sabtu (1/7) waktu Indonesia. Pengerahan pasukan tambahan dilakukan setelah pihak berwenang gagal menguasai demonstrasi yang memasuki hari keempat. 

Mengutip Anodulu, kendaraan lapis baja dikerahkan di alun-alun beberapa daerah dan kota. Pengerahan pasukan juga dilakukan di kota terbesar kedua Marseille yang terletak kurang dari 20 mil (32,18 kilometer) dari perbatasan Luksemburg dan wilayah Nanterre di pinggiran barat laut Paris.

Selain mengerahkan kendaraan lapis baja, pemerintah Prancis telah mengerahkan 45 ribu pasukan. Jumlah ini jauh lebih besar dibanding pengamanan hari sebelumnya. 

Kementerian Dalam Negeri Prancis seperti dikutip nzherald.co.nz  mengumumkan total penangkapan telah mencapai 1.300. Jumlah ini tersebar di banyak kota. Sementara Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan bahwa 270 orang telah ditangkap, dan lebih dari 80 di antaranya di Marseille.

Walikota Marseille Benoit Payan mendesak pemerintah pusat untuk mengirimkan tambahan penguatan pasukan. "Tindakan penjarahan dan kekerasan sudah tidak dapat diterima," kata dia.

KJRI Marseille Imbau WNI Waspada

Sejalan dengan meningkatnya eskalasi kerusuhan, Konsulat Jenderal RI di Marseille telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh WNI yang ada di kota itu. KJRI Marseille meminta segenap WNI di wilayah Prancis Selatan untuk senantiasa waspada, mengikuti berita situasi keamanan terkini di Prancis . 

“Agar menghindari kawasan demonstrasi atau titik kumpul massa, serta saling menjaga kontak dengan kerabat dan rekan lainya,” tulis KJRI Marseille di akun media sosial instagram @Indonesiainmerseille seperti dikutip Sabtu (1/7). 

Konsulat jenderal juga meminta WNI di sana dapat menghubungi KJRI bila dalam keadaan darurat. Adapun kontak yang bisa dihubungi untuk perlindungan WNI di nomor +33618221283

Prancis dilanda gelombang aksi protes yang diwarnai kekerasan setelah seorang polisi menembak mati M Nahel (17 tahun) di pinggiran kota Paris, Nanterre pada 27 Juni lalu. Penembakan Nahel disebut juga bernuansa rasial yang mendorong kemarahan massa. 

Demonstrasi disertai aksi kekerasan meluas dan berlanjut pada penjarahan sejumlah toko. Pembakaran gedung dan kendaraan menjadi tak terhindarkan. Situasi di sejumlah kota di Prancis masih diliputi kericuhan di keluarga dan kerabat Nahel bersiap melakukan prosesi penguburan.