WHO: Pemanis Aspartam di Soda Diet Kemungkinan Menyebabkan Kanker
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengklasifikasikan aspartam atau pemanis pengganti gula dalam soda kemungkinan sebagai karsinogen atau senyawa yang dapat menyebabkan kanker. Namun, WHO menyebut, pemanis buatan tersebut masih aman untuk dikonsumsi orang dalam batas harian yang direkomendasikan.
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker yang merupakan bagian dari WHO, mengidentifikasi kemungkinan hubungan antara aspartam dan sejenis kanker hati yang disebut karsinoma hepatoseluler. Identifikasi itu dilakukan setelah meninjau tiga penelitian besar pada manusia yang dilakukan di AS dan Eropa yang meneliti minuman yang dimaniskan secara artifisial.
Aspartam digunakan dalam minuman kemasan soda untuk diet, seperti Diet Coke, Pepsi Zero Sugar hingga beberapa permen karet dan berbagai minuman Snapple sebagai pengganti gula. Menurut Lancet Oncology, minuman yang dimaniskan secara artifisial secara historis menjadi sumber paparan aspartam terbesar.
Dr Mary Schubauer-Berigan, seorang pejabat senior di IARC, menekankan bahwa klasifikasi aspartam sebagai karsinogen mungkin didasarkan pada bukti yang terbatas. Ketiga studi tersebut dapat dipengaruhi oleh kebetulan, bias, atau kekurangan lainnya. Ia menyebut, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah konsumsi pemanis buatan benar-benar dapat menyebabkan kanker, katanya.
"Ini tidak boleh dianggap sebagai pernyataan langsung yang menunjukkan bahwa ada bahaya kanker yang diketahui dari mengonsumsi aspartam," kata Schubauer-Berigan kepada wartawan selama konferensi pers Rabu (12/7) sebelum temuan itu dirilis ke publik.
Ia menilai, ini seharusnya merupakan seruan kepada komunitas peneliti untuk mencoba mengklarifikasi dan memahami lebih baik bahaya karsinogenik yang mungkin atau mungkin tidak ditimbulkan oleh konsumsi aspartam.
Juru bicara Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada Kamis (13/7) menyatakan tidak setuju dengan kesimpulan IARC bahwa aspartam adalah kemungkinan karsinogen pada manusia. FDA meninjau bukti yang sama dengan IARC pada 2021 dan mengidentifikasi kekurangan yang signifikan dalam studi tersebut.
“Aspartame adalah salah satu bahan tambahan makanan yang paling banyak dipelajari dalam persediaan makanan manusia. Ilmuwan FDA tidak melihat masalah keamanan saat aspartam digunakan dalam kondisi yang disetujui,” kata juru bicara tersebut.