Berita minuman berpemanis Terbaru dan Terkini Hari Ini - Katadata.co.id

WHO mengklasifikasikan aspartam atau pemanis pengganti gula dalam soda kemungkinan sebagai karsinogen atau senyawa yang dapat menyebabkan kanker.

Pemanis aspartam yang dicurigai memicu kanker telah lazim digunakan untuk makanan dan minuman rendah gula seperti Cola diet dan pemanis Tropicana Slim.

IARC akan memasukkan pemanis buatan aspartam dalam kategori “kemungkinan memicu kanker bagi manusia”. Namun keputusan itu memicu kontroversi karena mereka bukan badan keamanan pangan.

Penerapan cukai minuman berpemanis diharapkan mampu menambah fiskal negara, apalagi hingga sekarang Indonesia baru menerapkan 3 jenis cukai: hasil tembakau, etil alkohol, dan minuman etil alkohol

Implementasi cukai minuman berpemanis tak kunjung terang hingga kini. Padahal, prevalensi diabetes anak telah melonjak 70 kali lipat antara 2010 dan 2023.

Sebanyak 61,2% penduduk usia 3 tahun ke atas mengonsumsi minuman berpemanis lebih dari 1 kali per hari.

Dirjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan cukai minuman berpemanis. Apa saja pertimbangan pemerintah dalam kebijakan itu? Simak dalam video berikut.

Minuman es teh lokal kekinian bermunculan didorong oleh melimpahnya produksi teh yang dihasilkan oleh petani dalam negeri.

Beberapa praktik dan studi di beberapa negara, seperti Amerika Latin, kenaikan cukai minuman berpemanis sebanyak 20% bisa menurunkan konsumsi masyarakat hingga 24%.

Pemerintah menargetkan penerimaan dari cukai plastik dan minuman berpemanis sebesar Rp 3,4 triliun pada tahun depan.

Frozen food dan minuman cair bisa dijual tanpa izin BPOM jika dalam bentuk siap saji atau segera dikonsumsi, tidak disimpan dalam lemari beku serta masa simpan kurang dari tujuh hari.

Selain kenaikan tarif PPN menjadi 11%, harga jual produk makanan dan minuman akan naik karena peningkatan biaya produksi.

Pengusaha menilai pemberlakuan cukai pada minuman berpemanis bisa membebani industri minuman yang baru bangkit setelah dihantam pandemi Covid-19.