COP28: UEA Tawarkan Rp 12 T Lawan Risiko Kesehatan Akibat Krisis Iklim

ANTARA FOTO/R. Rekotomo/Spt.
Pengunjuk rasa dari berbagai negara melakukan aksi saat berlangsungnya konferensi perubahan iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu (3/12/2023).
Penulis: Happy Fajrian
4/12/2023, 07.13 WIB

Uni Emirat Arab (UEA) dan beberapa badan amal pada pertemuan puncak iklim PBB Minggu (3/12) menawarkan pendanaan sebesar US$ 777 juta atau hampir Rp 12 triliun untuk memberantas penyakit tropis yang terabaikan dan diperkirakan akan memburuk seiring dengan krisis iklim.

“Faktor terkait iklim telah menjadi salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan manusia di abad ke-21”, kata Presiden COP28 Sultan Ahmed Al-Jaber dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Senin (4/12).

Janji tersebut, berfokus pada risiko kesehatan terkait iklim, termasuk US$ 100 juta dari UEA dan US$ 100 juta lainnya dari Bill and Melinda Gates Foundation. Negara lain yang mengumumkan dana masalah kesehatan terkait iklim adalah Belgia, Jerman, dan Badan Pembangunan Internasional AS.

Bank Dunia meluncurkan program untuk menjajaki kemungkinan langkah-langkah dukungan bagi kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang, dimana risiko kesehatan terkait iklim sangat tinggi.

Beban penyakit tropis akan bertambah buruk seiring dengan pemanasan global, bersamaan dengan ancaman kesehatan lainnya yang disebabkan oleh perubahan iklim, termasuk malnutrisi, malaria, diare, dan tekanan panas.

Banyak penyakit tropis yang mudah diobati. Kebutaan sungai dan penyakit tidur, misalnya, merupakan penyakit endemik di Afrika dan menyebar melalui cacing parasit dan lalat yang cenderung berkembang biak di dunia yang memanas.

Lebih dari 120 negara telah menandatangani deklarasi COP28 yang mengakui tanggung jawab mereka untuk menjaga keselamatan masyarakat di tengah pemanasan global.

Deklarasi tersebut tidak menyebutkan bahan bakar fosil, sumber utama emisi pemanasan iklim, yang oleh Aliansi Iklim dan Kesehatan Global disebut sebagai “kelalaian yang mencolok”.

Aktivis termasuk dokter berjas putih mengadakan demonstrasi kecil di dalam kompleks COP28 pada Minggu untuk meningkatkan kesadaran akan masalah ini. “Kami berada dalam banyak masalah,” kata Joseph Vipond, seorang dokter gawat darurat dari Alberta, Kanada.

Dia mengingat kembali kasus seorang anak yang meninggal karena serangan asma yang diperburuk oleh menghirup asap dari kebakaran hutan terbesar di Kanada Barat tahun ini. “Ini mempunyai dampak nyata pada dunia.”

Perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi badai berbahaya dan curah hujan yang lebih tidak menentu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan Badai Daniel menewaskan lebih dari 11.000 orang di Libya pada September, dan banjir besar tahun lalu di Pakistan memicu peningkatan 400% kasus malaria di seluruh negeri.

Sebelumnya salah satu pendiri Microsoft yang juga seorang dermawan, Bill Gates, mengatakan para ilmuwan sedang berupaya menemukan pengobatan baru dan pencegahan penyakit malaria yang ditularkan oleh nyamuk karena kenaikan suhu menciptakan habitat yang lebih ramah bagi serangga untuk berkembang biak.

“Kami memiliki alat baru di tingkat laboratorium yang dapat memusnahkan populasi nyamuk,” kata Gates, yang yayasannya mendukung penelitian dan proyek kesehatan masyarakat untuk negara berkembang. “Inovasi-inovasi baru ini memberi kita peluang, dengan biaya yang masuk akal, untuk mencapai kemajuan.”

Mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton juga berbicara pada hari Minggu, mendesak reformasi sistem asuransi dunia sebagai persyaratan utama lainnya untuk menjaga keselamatan masyarakat.

“Saat ini perusahaan asuransi menarik diri dari banyak tempat, mereka tidak mengasuransikan rumah, mereka tidak mengasuransikan bisnis,” kata Clinton, di depan panel mengenai perempuan dan ketahanan iklim. “Orang-orang di mana pun akan ditinggalkan tanpa cadangan, tidak ada asuransi untuk bisnis atau rumah mereka.”