Lembaga think tank Jepang yakni National Institute for Defense Studies atau NIDS menyebut Cina membangun kekuatan militer, termasuk alat bertenaga nuklir. Tujuannya, menggeser kekuatan Amerika di Asia Timur.
Dalam laporannya, lembaga think tank Jepang itu menyebut Cina dengan cepat kemampuan militer yang didukung nuklir. Hal ini diprediksi memperkuat kemampuan nuklir Tiongkok dalam mendukung keamanan internasional ke depan.
Hal itu kemudian dapat meningkatkan keterlibatan militer Amerika Serikat dalam konflik yang berkaitan dengan ‘kepentingan inti’ Cina.
Laporan berjudul ‘China Security Report 2024’ itu melaporkan bahwa Cina memperkuat kemampuan militer, terutama kemampuan militer anti-access/area-denial (A2/AD). Ini untuk mengubah tatanan keamanan di Asia Timur, yang sebelumnya dipimpin oleh Amerika.
“Cina secara fisik menghalangi operasi militer Amerika, melakukan lebih banyak latihan dan aktivitas gabungan dengan pasukan Rusia di wilayah pinggiran Tiongkok,” demikian isi laporan tersebut dikutip dari Antara, Jumat (8/12).
Laporan itu juga memperkirakan Cina membentuk ulang tatanan internasional. Caranya, memperdalam kerja sama strategis dengan Rusia karena keduanya memiliki visi yang sama mengenai tatanan internasional.
Selain itu, Cina disebut memperkuat kemampuan nuklir dan militer lainnya.
Cina juga dianggap oleh pemerintahan Presiden Joe Biden sebagai tantangan terbesar. Tiongkok pun telah menggunakan 'fait accompli' untuk mengubah 'status quo' di wilayah perairan seperti Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan.
Cina Bantah Bangun Kekuatan Militer Nuklir
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin membantah hal itu. Menurut dia, laporan itu tidak masuk akal.
"Laporan lembaga Jepang itu menyoroti urusan dalam negeri, modernisasi militer, dan hubungan Cina dengan negara-negara lain. Komentar ini tidak bertanggung jawab dan tidak masuk akal," kata Wang dalam konferensi pers rutin di Beijing, Cina, Kamis waktu setempat (7/12).
"Cina berkomitmen terhadap pembangunan damai dan menganut kebijakan pertahanan nasional yang bersifat defensif. Pertumbuhan Tiongkok berarti kekuatan yang lebih kuat bagi perdamaian dunia," Wang menambahkan.
Wang juga mengomentari laporan lembaga think tank Jepang itu terkait Taiwan. Ia menegaskan bahwa Taiwan merupakan bagian dari urusan dalam negeri Cina.
“Cara menyelesaikan masalah Taiwan merupakan urusan Cina dan tidak boleh ada campur tangan pihak luar," kata Wang.
Ia justru menilai bahwa aksi militer dan keamanan Jepang telah diawasi secara ketat oleh negara-negara tetangga di Asia dan komunitas internasional, terkait sejarah penjajahan.
Wang menyampaikan, Jepang meningkatkan anggaran militer dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, berupaya mengembangkan persenjataan ofensif yang menimbulkan kekhawatiran besar dari negara-negara tetangga dan komunitas internasional.
"Kami mendesak Jepang untuk sungguh-sungguh menghormati kekhawatiran atas keamanan negara-negara tetangga, memikirkan secara mendalam sejarah agresi, berhenti membesar-besarkan narasi 'ancaman Cina' maupun menggunakannya sebagai dalih membangun kekuatan militer sendiri," kata Wang.