Hubungan di bidang pertahanan antara Indonesia dan Prancis kian erat. Setelah penandatanganan kesepakatan pembelian jet tempur Rafale, France Naval Group mengumumkan Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian dua kapal selam kelas Scorpene, yang akan ditenagai oleh sistem baterai lithium-ion.
Mengutip The Diplomat, kesepakatan senilai US$ 2 miliar atau setara dengan Rp 31,73 triliun (asumsi kurs Rp 15.865,6 per dollar AS) ini, disebut akan semakin mengeratkan hubungan antara Indonesia dan Prancis di bidang pertahanan dan menguntungkan Indonesia.
Sebelumnya, Indonesia telah sepakat membeli 42 jet tempur Rafale, dan Thales, perusahaan teknologi Perancis, ikut mengembangkan radar dan sistem elektronik pertahanan dengan PT Len.
Indonesia memang tergolong agresif memperkuat armada kapal selam TNI AL. Pada 2011, pemerintah telah menandatangani kesepakatan pembelian tiga kapal selam kelas Jang Bogo dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Korea Selatan dengan harga sekitar US$ 1 miliar. Dua kapal pertama dibangun di Korsel, namun kapal ketiga dirakit oleh PT PAL Indonesia di Surabaya dan mulai beroperasi pada 2019.
"Keterlibatan PT PAL Indonesia dalam produksi merupakan poin penting dalam kesepakatan yang menguntungkan Indonesia. Sebab, prioritas utama pemerintah Indonesia, adalah memperoleh lebih banyak kemampuan produksi dalam negeri melalui transfer teknologi, dan infrastruktur untuk produksi," kata James Guild, pengamat politik Rajaratnam School of International Studies Singapura.
Terkait dengan kesepakatan antara Indonesia dengan France Naval Group, Guild berpendapat perusahaan asal Prancis ini dipilih karena memiliki rekam jejak yang kuat di Asia. Apalagi, France Naval Group dikenal bersedia melakukan transfer teknologi dan produksi di negara pelanggan.
Misalnya, pada awal 2000-an, Naval Group mengirimkan dua kapal selam Scorpene ke AL Malaysia, yang saat ini masih beroperasi. Kemudian, pada 2005 India membeli enam Scorpene seharga US$ 3 miliar, yang diproduksi galangan kapal India di Mumbai berdasarkan kesepakatan transfer teknologi.
Kesediaan Naval Group untuk berbagi teknologi dan produksi inilah yang menjadikan kesepakatan ini menarik bagi Indonesia. Pasalnya, kedua kapal selam Scorpene akan diproduksi oleh PT PAL Indonesia di Surabaya.
PT PAL Indonesia juga tengah membangun sepasang fregat Arrowhead 140 di bawah lisensi dari Babcock asal Inggris. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, kesepakatan transfer teknologi akan meningkatkan kemampuan produksi PT PAL secara signifikan pada akhir dekade ini.
Meski demikian, kesepakatan ini juga diiringi risiko. Sebab, kapal selam kelas Scorpene yang akan dibeli Indonesia berencana menggunakan sistem baterai lithium ion. Memang, sistem ini memungkinkan kapal selam beroperasi di bawah air untuk waktu yang lebih lama. Namun, penggunaan baterai lithium ion di kapal selam relatif baru.
"Sejauh yang saya tahu, Naval Group belum pernah melakukan ini sebelumnya dengan Scorpene. Artinya, Indonesia sedikit banyak akan menjadi uji coba sistem baterai baru tersebut. Ada kemungkinan program ini akan menjadi lebih mahal dan rumit daripada yang dibayangkan sebelumnya," kata Guild.
Meski demikian, Guild berpendapat ini merupakan risiko yang layak diambil oleh Indonesia, yang tengah berupaya memposisikan diri sebagai pusat produksi baterai global untuk rantai pasokan energi ramah lingkungan.
Menurutnya, melokalisasi produksi dua kapal selam Scorpene di Surabaya sambil mengembangkan teknologi baterai lithium ion, sesuai dengan kebutuhan strategis pertahanan Indonesia, serta selaras dengan tujuan pembangunan ekonomi.