Pemerintah Filipina mengumumkan akan menambah tiga pabrik pengolahan atau smelter nikel. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan industri hilir, mengingat sumber daya nikel di negara ini cukup melimpah.
Mengutip Mining.com, keinginan pemerintah Filipina ini muncul mengingat beberapa beberapa negara maju, Cina dan Amerika Serikat (AS) menyatakan minatnya pada sektor pertambangan.
Filipina disebut ingin mengikuti jejak negara tetangganya, yakni Indonesia, yang menarik investasi besar di pabrik pengolahan bijih nikel dalam jumlah besar setelah melarang ekspor bijih nikel yang belum diolah pada 2020.
Menteri Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Filipina Maria Antonia Yulo-Loyzaga mengatakan, negaranya harus meningkatkan kapasitasnya untuk memproses nikel, yang merupakan komponen kunci dalam produksi baterai kendaraan listrik.
"Australia, Inggris, Kanada dan negara-negara Uni Eropa juga menunjukkan minat terhadap Filipina. Kami sungguh berharap dapat menjadi bagian dari rantai nilai, bukan sekadar rantai pasokan,” kata Loyzaga, dikutip dari Mining.com, Sabtu (11/5).
Ia menjelaskan, Filipina ingin menciptakan lingkungan yang akan mendorong investasi dalam pengolahan nikel, dengan memfasilitasi eksplorasi, dan ekstraksi dengan cara yang bertanggung jawab.
Sementara, Menteri Perdagangan Filipina Ceferino Rodolfo mengungkapkan, target ke depan ada tiga pabrik pengolahan nikel yang akan berdiri untuk meninkatkan nilai produksi nikel. Meski demikian, ia tidak mengungkapkan rincian, baik di mana saja smelter tersebut akan berdiri, dan seberapa besar biaya yang diperkirakan.
Filipina saat ini memiliki dua pabrik pengolahan nikel, dengan sebagian kepemilikannya dipegang oleh produsen bijih terbesar negara tersebut, yakni Nickel Asia Corp.
Menteri Perencanaan Ekonomi Filipina Arsenio Balisacan mengatakan, mengolah bijih nikel menjadi skenario yang ideal bagi negara ini, dan saat ini adalah waktu yang tepat. Pasalnya, Filipina tengah berupaya menambah nilai pada produksi mineralnya.
“Isu transisi energi ini menjadikan mineral penting kami tidak hanya sekadar proposisi nilai ekonomi. Namun, juga mempunyai implikasi terhadap ketahanan energi, dan keamanan nasional,” kata Balisacan.
Dengan banyaknya cadangan mineral yang belum dimanfaatkan, Filipina sedang mempelajari kemungkinan insentif bagi perusahaan pertambangan. Angka terbaru pemerintah menunjukkan bahwa negara ini memproduksi 35,14 juta metrik ton bijih nikel pada 2023, meningkat sebesar 19% dibandingkan tahun sebelumnya.