Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam Hamas untuk segera membebaskan para sandera Israel sebelum hari pelantikannya pada 20 Januari 2025. Trump melontarkan ancaman situasi konflik bersenjata di Kawasan Timur Tengah bakal makin memanas bila Hamas tak melepaskan sandera.
"Saya telah memberikan peringatan bahwa jika para sandera ini tidak pulang sebelum tanggal tersebut, kehancuran besar akan terjadi," kata Trump dalam konferensi pers di Palm Beach Florida, dikutip dari Reuters pada Kamis (19/12).
Trump mengutarakan itu usai membahas konflik bersenjata di Jalur Gaza dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Senin, 16 Desember 2024.
Lebih lanjut, Trump menyerukan situasi di wilayah konflik akan cenderung lebih sulit apabila kesepakatan gencatan senjata tidak tercapai sebelum ia resmi menjabat. Reuters melaporkan Hamas telah membunuh 1.200 warga dan menculik lebih dari 250 orang.
Catatan pihak Israel menuliskan sebagian dari mereka yang diculik merupakan warga negara ganda Israel-Amerika. Penculikan tersebut terjadi saat Hamas menyerang Israel di perbatasan Gaza pada 7 Oktober 2023.
Lebih dari 100 sandera telah dibebaskan melalui negosiasi atau operasi penyelamatan yang dilakukan oleh militer Israel. Sementara itu, dari sekitar 100 sandera yang masih ditahan di Gaza, diperkirakan hanya separuhnya yang masih hidup.
Presiden Joe Biden baru-baru ini mengirim lebih banyak pejabat senior ke wilayah tersebut untuk mencoba mengamankan kesepakatan gencatan senjata yang telah lama diupayakan.
Melansir pemberitaan The Guardian pada Selasa, 17 Desember, negosiasi antara pejabat Israel, Hamas, serta pejabat AS dan Arab sepakat untuk mewujudkan gencatan senjata sekaligus penukaran tawanan dalam beberapa hari ke depan.
Rencana tersebut mencakup pembebasan bertahap sandera yang masih hidup di Gaza sebagai imbalan atas gencatan senjata dan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel.
The Guardian melaporkan lebih dari 240 orang yang diculik ke Gaza setelah serangan Hamas 7 Oktober 2023. Korban penculikan 60 orang di antaranya merupakan warga negara Isreal dan warga negara ganda. Selain itu, jasad 35 korban juga masih berada di Gaza.
Negosiasi antara Hamas dan Israel kini difokuskan pada poin-poin akhir, termasuk jaminan bahwa kesepakatan awal akan mengarah pada perjanjian menyeluruh di kemudian hari. Hamas menegaskan bahwa kesepakatan mungkin tercapai jika Israel berhenti menambahkan syarat-syarat baru.
Laporan Washington Post menyebut bahwa Hamas telah melunak ihwal tuntutannya mengenai penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza sebagai prasyarat kesepakatan. Sebaliknya, diskusi difokuskan pada pembebasan sandera dalam beberapa tahap awal.
Meski kemajuan terlihat saat ini terlihat lebih progresif, negosiasi sering kali menemui kebuntuan di masa lalu. Namun, perubahan situasi di kawasan Timur Tengah seperti gencatan senjata Israel dengan Hizbullah di Lebanon, serta keruntuhan rezim Bashar al-Assad di Suriah, menciptakan dinamika baru yang membuat Hamas semakin terisolasi.
Terlepas dari perkembangan positif, serangan militer Israel di Gaza terus berlanjut. Pada Selasa (17/12), 14 warga Palestina, termasuk 10 dari satu rumah di Gaza City, tewas akibat serangan tersebut. Tank-tank Israel juga dilaporkan bergerak lebih jauh ke Rafah, bagian selatan Gaza.