Persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus berlanjut hingga sektor kesehatan. Pekan lalu, Tiongkok telah memulai fase pertama uji coba klinis vaksin virus corona Covid-19 di Kota Wuhan, Hubei.
Mereka melibatkan 108 partisipan berusia 18-60 tahun yang semuanya warga Kota Wuhan. Para sukarelawan dites dalam tiga kelompok dengan dosis antivirus yang berbeda-beda.
“Sukarelawan uji coba pertama sudah mendapatkan vaksin,” kata salah satu staf yang terlibat dilansir dari AFP, Senin (23/3).
(Baca: Gandeng Swasta, Pemerintah AS Uji Coba Vaksin Virus Corona)
Tak hanya itu, Pemerintah Tiongkok pekan lalu telah memerintahkan ahli virus dan epidemiologi yakni Dr Chen Wei untuk memulai penelitian vaksin virus corona. Wei berpengalaman dalam pengembangan antivirus, salah satunya adalah Lamanla untuk mengobati Ebola di Sierra Leone, Afrika.
Wanita berpangkat mayor jenderal itu juga merupakan ahli di Institute of Bioengineering at the Academy of Military Medical Sciences. Timnya akan bekerja sama dengan perusahaan yang berbasis di Tianjin yaitu CanSino Biologics.
CanSino pada hari Selasa (17/3) lalu mengatakan mereka mencari sukarelawan dengan durasi enam bulan untuk mencoba vaksin. Ahli vaksin yang juga mantan staf Shanghai Centres for Disease Control and Prevention (CDC) Tao Lina mengatakan hadirnya Wei akan memudahkan uji coba.
“Butuh koordinasi antara laboratorium dengan sukarelawan. Pejabat militer akan lebih mudah mengatur ini,” kata Tao dikutip dari South China Morning Post, Senin (23/3).
Tiongkok memang terus mencoba untuk menjadi negara pertama yang berhasil mengembangkan obat dari virus corona. Bahkan Global Times, media yang berafiliasi Partai Komunis Tiongkok mengeluarkan opini bahwa Negeri Panda tak boleh kalah dalam pengembangan vaksin corona.
(Baca: AS Siapkan Skenario Pandemi Corona Berlangsung hingga 18 Bulan)
Uji coba yang dijalankan Tiongkok hanya beberapa hari usai AS mengumumkan proses serupa. Badan milik Departemen Kesehatan AS yakni The National Institute of Health (NIH) menjajal obat corona dan bekerja sama dengan swasta.
Vaksin ini dinamakan mRNA-1273 dan dikembangkan oleh ilmuwan NIH yang bekerja sama dengan berusahaan bioteknologi yakni Moderna, Inc. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui dosis yang tepat bagi pengobatan virus corona.
Hubungan kedua negara terus memanas usai Presiden AS Donald Trump dalam konferensi pers beberapa hari lalu menyebut Covid-19 sebagai “Virus Tiongkok”. Pernyataan Trump ini merespons juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lijian Zhao yang menyinggung kemungkinan virus ini dibawa ke Wuhan oleh tentara AS.
“(Virus) Ini datang dari Tiongkok, saya hanya ingin akurat,” kata Trump saat pernyataannya ini dianggap rasis oleh sejumlah awak media.
Hingga saat ini, belum ada obat untuk mengobati virus corona. Sedangkan dari laman Worldometers, hingga Senin (23/3) 11.35 WIB, pandemi tersebut telah menulari 338.724 orang dan 14.687 meninggal dunia.