Pembangkit Panas Bumi Muara Laboh Perkuat Pasokan Listrik Sumbar

Katadata/Ratri Kartika
PLTU Muara Laboh
Penulis: Ratri Kartika W.
Editor: Yuliawati
18/2/2020, 15.03 WIB

PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML) meresmikan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh di Solok Selatan, Sumatera Barat, Tahap 1 berkapasitas 85 MW dengan investasi US$ 580 juta dolar atau setara Rp 8 triliun pada Senin (17/2).

Dengan kapasitas 85 MW, pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) tersebut mampu memasok daya listrik untuk 340.000 rumah tangga khususnya di Solok Selatan dan daerah lainnya. Asumsinya tiap rumah mendapatkan daya sebesar 900 KwH.

(Baca: PLTU Jawa 8 Beroperasi, PLN Berpotensi Hemat Rp 1 triliun)

Studi pendahuluan proyek pengembangan PLTP Muara Laboh oleh SEML telah dimulai pada 2008 dan dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian jual beli listrik (power ourchase agreement/PPA) dengan PT PLN (Persero) pada 2012.

Setelah kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, pada 16 Desember 2019, PLTP Muara Laboh Tahap 1 mulai beroperasi secara komersial (commercial on date/COD). PLTP Muara Laboh ini dikelola oleh perusahaan patungan PT Supreme Energy bersama ENGIE (Perancis) dan Sumitomo Corp (Jepang).   

 "Kami sangat menghargai dukungan yang kuat dan terus menerus dari pemerintah, PLN, dan masyarakat Solok Selatan selama kegiatan eksplorasi dan pengembangan," kata Founder and Chairman PT Supreme Energy Supramu Santosa.

(Baca: Kementerian ESDM Sebut Megaproyek 35 Ribu MW Baru Selesai 2029)

Mengalirnya listrik dari PLTP Muara Laboh juga didukung oleh infrastruktur transmisi sepanjang 100 km dan gardu induk milik PLN berkapasitas 24 MW. Dampak sinergi ini dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar yang memiliki kebutuhan listrik sebesar 10 MW.

Plt. Bupati Solok Selatan Abdurrahman mengatakan surplus listrik ini dapat mendorong akselerasi dan investasi ekonomi di Solok Selatan. "Listrik selama ini selalu jadi kendala. Sekarang sudah ada listrik terus menerus mengalir, kami bisa fokus kegiatan ekonomi masyarakat Solok Selatan. Utamanya mendukung di bidang pariwisata," kata Abdurrahman.

Tambah Kapasitas 65 MW


Supreme Energy saat ini sedang dalam tahap diskusi dengan PLN dan Kementerian ESDM untuk pengembangan PLTP Muara Laboh Tahap II dengan kapasitas 65 MW. Diperkirakan pengembangan ini membutuhkan investasi US$ 400 juta atau setara Rp 5,4 triliun.

"PLTP Muara Laboh kontrak selama 30 tahun ke depan dengan PLN untuk memperkuat daya listrik dijalur Sumatera bagian tengah," ujar CEO SEML Nisriyanto.

(Baca: PTBA dan Pertamina Bangun Proyek Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim)

Jika PPA dengan PLN bisa diselesaikan pada tahun ini, SEML menargetkan PTLP Muara Laboh Tahap II ini dapat berproduksi pada akhir 2024.

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno berharap para kepala daerah ikut membantu sosialisasi pemanfaatan panas bumi agar proyek-proyek EBT di daerah lainnya bisa berjalan. "Sumbar memiliki 17 titik lokasi panas bumi dan baru di Solok Selatan yang berhasil. Total baru tiga perusahaan yang tertarik melakukan eksplorasi," kata dia.

Irwan mengatakan selain SEML, terdapat perusahaan asal Turki yakni PT Hitai akan mengembangkan panas bumi di Kabupaten Solok. Kemudian, PT Medco Energy juga akan bereksplorasi di wilayah Pasaman.

Energi panas bumi dinilai sebagai energi ramah lingkungan yang dapat memperkuat pasokan listrik wilayah Sumatera secara stabil. Karena Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) tidak dapat beroperasi optimal di musim kemarau dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang masih terbatas. Maka, pemerintah setempat membuka lebar pintu investasi untuk pengembangan panas bumi di Sumatera Barat.

Untuk diketahui, sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, Pemerintah menargetkan bauran energi EBT untuk pembangkit meningkat menjadi sebesar 23,2% atau dua kali lipat dari 11,4% pada 2019.