PT Pertamina menargetkan laba bersih pada tahun depan mencapai US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 31,6 triliun dengan asumsi kurs APBN 2020 Rp 14.400 per dolar AS. Target tersebut naik 10% dibanding target pada tahun ini US$ 2 miliar.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, kinerja keuangan perusahaan akan ditopang oleh kinerja produksi migas Pertamina dan beberapa faktor lainnya seperti harga minyak mentah Indonesia atau ICP.
Adapun menurut data dari Pertamina, produksi migas dipatok tahun depan akan mencapai 923 ribu barel setara minyak per hari atau boepd. Dengan perincian, produksi minyak mancapai 430 ribu barel per hari atau bph dan produksi gas sebesar 2.857 juta kaki kubik per hari atau mmscfd.
"Target-target yang disampaikan masing-masing perusahaan dapat kami sampaikan target produksi migas nanti akan meningkat di 2021 ketika Rokan masuk," ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat dengan komisi VII DPR RI, Kamis (28/11).
(Baca: Kementerian ESDM Sebut B30 Siap Diimplementasikan Mulai 1 Januari 2020)
Hampir dari separuh investasi yang akan digelontorkan perseraon sebesar US$ 7,8 miliar akan dialokasikan untuk meningkatkan kegiatan hulu migas. Kegiatan itu berupa eskplorasi dan pengembangan wilayah kerja yang dikelola oleh Pertamina.
"Pertamina akan mengalokasikan dan investasi yang tinggi di hulu, investasi di hulu akan mencapai 60 persen dari total investasi. kami mengalokasikan US$ 3,7 miliar us di investasi hulu yang besar ini dilakukan oleh pengembangan di mahakam," kata Nicke.
Dalam data target rencana kerja perseroan yang disampaikan, Pertamina mematok pendapatan sebesar US$ 58,33 miliar dengan asumsi ICP sebesar US$ 63 per barel dan kurs Rp 14.400 per dollar AS. Sementara, total volume penjualan produk minyak ditargetkan mencapai 90,83 juta kiloliter.
(Baca: Dapat Tambahan Kuota, Pertamina Atasi Kelangkaan Solar Subsidi)
Hingga kuartal III 2019, Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar US$ 753 juta atau Rp 10,6 triliun dengan kurs Rp 14.100 per dolar AS. Kendati demikian, laba bersih perseroan dapat mencapai US$ 1,7 miliar jika pemerintah telah membayarkan kompensasi atas penyaluran BBM dan Elpiji bersubsidi sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,1 triliun.
Pertamina merupakan salah satu BUMN penyumbang pajak dan dividen terbesar. Tahun lalu, perusahaan migas ini membayarkan pajak dan dividen mencapai Rp 120,8 triliun, tertinggi dalam lima tahun terakhir seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.