Nadiem kepada Jamaah Masjid Kemendikbud: Saya Jadi Murid Bukan Guru

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim. Mantan CEO Go-Jek ini mendatangi Istana Kepresidenan, Jakarta (21/10/2019).
Penulis: Yuliawati
25/10/2019, 16.05 WIB

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki tradisi para pejabatnya memberikan sambutan khusus kepada jamaah Masjid Baitut Tholibin yang terletak di area kantor kementerian tersebut, Senayan, Jakarta. Mendikbud baru, Nadiem Makarim, pun mendapat kesempatan memperkenalkan diri di hadapan jamaah, ditemani Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy.

Dalam sambutannya, Nadiem mengucapkan terima kasih atas jasa Muhadjir Effendy yang sebelumnya menjabat sebagai Mendikbud. Nadiem berharap dapat melanjutkan amanah yang diberikan dan bekerja sama dengan baik bersama Menko PMK.

"Terima kasih atas sambutan yang luar biasa, seperti yang saya bilang kemarin saya di sini bukan menjadi guru melainkan jadi murid dan saya akan belajar sebanyak-banyaknya," kata Nadiem, dikutip dari Antara.

(Baca: Pengusaha Harap Nadiem Makarim Benahi Pendidikan di Tengah Era Digital)

Usai salat Jumat, Nadiem mengatakan ia sudah bertemu dengan sejumlah direktur jenderal dan kepala badan serta melakukan rapat internal. "Saya sangat optimistis, sangat semangat, banyak sekali tugas, berat sekali tantangannya. Saya sangat optimistis," kata Nadiem sambil terus berjalan.

Nadiem juga mengatakan pihaknya perlahan melakukan transisi penyatuan kembali Ditjen Pendidikan Tinggi ke Kemendikbud.

Sementara itu, Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan dirinya saat menjabat pertama kali sebagai Mendikbud pun mendapat kesempatan memperkenalkan diri kepada jamaah masjid. "Tradisinya seperti itu, maka sekarang saya pamit pada jemaah masjid," kata Muhadjir.

ICMI Imbau Akademisi Tak Merasa Dilecehkan

Sementara  itu Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengimbau kepada akademisi, termasuk kalangan perguruan tinggi dan dunia kampus untuk tidak merasa dilecehkan atas ditunjuknya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Saya anjurkan dunia perguruan tinggi, dunia kampus jangan merasa dilecehkan dengan penetapan ini," kata Jimly di Jakarta, Kamis.

Pernyataan tersebut dilontarkan Jimly terkait latar belakang mantan Bos Gojek itu yang bukan berasal dari kalangan akademisi.

(Baca: Susunan Lengkap 12 Wakil Menteri, Erick Thohir Dapat Jatah Dua Wakil)

Jimly meminta seluruh pihak untuk menghormati keputusan yang telah diambil oleh Presiden. Dia mengatakan saat ini tugas masyarakat adalah mengawal kinerja menteri-menteri yang telah ditunjuk oleh Jokowi, setidaknya hingga 100 hari ke depan.

"Ini orang hebat semua, tapi bisa saja ada pergeseran. Orang hebat harus di tempat yang tepat," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah RI itu.

Lebih lanjut Jimly menyarankan agar Nadiem segera menjalin komunikasi baik dengan jajaran internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun kalangan eksternal. Komunikasi dengan jajaran internal penting dilakukan guna memahami budaya, struktur dan aturan yang selama ini diterapkan di lingkungan kementerian.

Sedangkan komunikasi eksternal diperlukan untuk menjalin sinergi dengan pihak-pihak terkait dalam dunia pendidikan dan kebudayaan di Tanah Air, termasuk rektor, pendidikan dasar dan menengah, sekolah kejuruan, pusat-pusat kebudayaan hingga kalangan akademisi seperti profesor.

Pendiri Gojek, Nadiem, sebelumnya menjelaskan mengapa dipilih sebagai Mendikbud meski tak memiliki latar belakang di bidang pendidikan.

"Alasan kenapa saya terpilih walaupun bukan dari sektor pendidikan adalah saya lebih mengerti apa yang akan ada di masa depan, karena bisnis saya di bidang masa depan, mengantisipasi masa depan," ujar Nadiem di Jakarta, Rabu (23/1).

(Baca: Dipilih Jokowi Jadi Mendikbud, Nadiem: Saya Lebih Mengerti Masa Depan)

Nadiem merasa tertantang untuk memperbaiki pendidikan di Tanah Air agar mampu beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan. Menurut Nadiem, sistem pendidikan di Indonesia dalam 20-30 tahun terakhir tak banyak berubah.

Ke depan, pria kelahiran 1984 ini berkeinginan agar sistem pendidikan di Indonesia berbasis kompetensi dan karakter. Sistem pendidikan, menurut dia, perlu menyesuaikan perubahan dan dapat terhubung dengan kebutuhan industri dan perekonomian.

"Sesuai visi dan misi Pak Presiden, saya akan coba menyambung, link and match antara institusi pendidikan dengan di luar pendidikan," kata dia.