Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menitipkan pengembangan Blok Masela kepada Arifin Tasrif sebagai Menteri ESDM periode 2019-2024. Apalagi Arifin turut terlibat dalam penandatangan Head of Agreement (HoA) pengembangan Blok Masela antara pemerintah dan Inpex Corporation di Jepang.
Jonan berharap proyek Masela bisa berlanjut di bawah kepemimpinan Arifin. "Karena dubes kita pernah tugas di Tokyo, saya titip proyek besar Inpex. Itu mestinya bisa jalan Pak," kata Jonan di Gedung Kementerian ESDM, Kamis (23/10).
Arifin tidak menanggapi permintaan Jonan tersebut. Dia hanya mengungkapkan telah sering mendampingi Jonan dalam kunjungan bisnis di Jepang. Makanya terbiasa dengan sektor ESDM.
(Baca: Menteri ESDM Arifin Tasrif Bakal Fokus Benahi Defisit Migas)
Pemerintah berharap Blok Masela dapat memberikan kontribusi tambahan produksi gas bumi setara 10,5 juta ton per tahun (mtpa). Produksinya terdiri dari 9,5 juta ton LNG per tahun dan gas pipa sebesar 150 mmscfd.
Proyek tersebut diharapkan bisa berproduksi pada 2027. Untuk pengembangan Blok Masela dibutuhkan investasi US$ 18 - 20 miliar.
Selain produksi migas, pengembangan Blok Masela diharapkan dapat menciptakan efek berganda bagi industri pendukung dan turunan di dalam negeri dalam rangka mendukung perekonomian nasional.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Produk Domestik Bruto (PDB) bakal mencapai US$ 153,6 miliar atau sekitar Rp 2.135 triliun selama Blok Masela memproduksi gas dari 2022 sampai 2055.
Selain itu, pada masa konstruksi (2022-2027) mencapai US$ 7,5 miliar atau setara 104,25 tirliun dan masa operasi (2027-2055) sebesar US$ 146,1 miliar atau sekitar Rp 2.030 triliun.
Dari sisi pendapatan rumah tangga diproyeksi mencapai sebesar US$ 33,2 miliar setara Rp 461,5 triliun. Terdiri dari masa konstruksi sebesar US$ 3,1 miliar atau sekitar Rp 43 triliun. Pada masa operasi diproyeksi mencapai US$ 30 miliar atau setara Rp 417 triliun.
Proyek Blok Masela juga diproyeksi membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar. Rata-rata jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk proyek Blok Masela mencapai 73.195 orang per tahun. Pada masa konstruksi dibutuhkan pekerja 91.719 orang per tahun dan pada masa operasi sebanyak 66.838 orang per tahun.
(Baca: Inpex Resmi Genggam Perpanjangan Kontrak Blok Masela)
Produksi Blok Masela penting untuk mengatasi defisit neraca gas yang diproyeksi bakal terjadi mulai 2025. Dalam neraca gas bumi Indonesia 2018-2027, Kementerian ESDM menyatakan neraca gas bumi nasional pada 2018-2027 tetap surplus jika menggunakan skenario 1 dengan asumsi kebutuhan gas dihitung berdasarkan pemanfaatan gas bumi dan tidak diperpanjangnya kontrak-kontrak ekspor jangka panjang.
Jika menggunakan skenario 2, Indonesia mengalami surplus gas pada 2018-2024. Namun, mengalami defisit sejak 2025-2027 dampak dari asumsi kebutuhan gas sektor listrik sesuai Rencana Usaha Penyediaan Listrik (RUPTL) 2018-2027.
Penyebab defisit lainnya adalah penambahan industri retail sebesar 5,5%. Kemudian pelaksanaan proyek kilang, pembangunan pabrik baru petrokimia dan pupuk sesuai jadwal.
Dengan menggunakan skenario 3, neraca gas bumi Indonesia juga akan mengalami defisit sejak 2025-2027. Pada 2025, defisit neraca gas sebesar 1.072 mmscfd dan akan meningkat menjadi 1.572,43 mmscfd pada 2026, tapi turun menjadi 1.374,95 mmscfd pada 2027.
Defisit gas pada 2025 diperkirakan mencapai 206,5 mmscfd. Dalam skenario 2 dan 3 belum memperhitungkan produksi gas dari Blok Masela dan East Natuna. Karena kedua blok tersebut baru diperkirakan baru berproduksi pada 2027.
Selengkapnya data terkait defisit gas bumi Indonesia dalam grafik Databoks berikut ini :