Pertamina EP mengembangkan inovasi untuk meningkatkan cadangan migas yang dapat diproduksi. Inovasi tersebut berkonsep gelinciran batuan ultrabasa yang dilaksanakan di Lapangan Tangkasi Offshore, Sulawesi.
Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan konsep gelinciran batuan ultrabasa adalah proses eksplorasi baru di lapangan migas tua. Konsep tersebut cocok dilaksanakan PEP karena mayoritas wilayah kerja perusahaan merupakan lapangan tua.
“Improvement menghasilkan konsep atau inovasi baru di area Offshore Sulawesi Pertamina EP yang bermanfaat dalam proses eksplorasi prospek hidrokarbon yang baru di area yang sudah lama,” kata Nanang seperti berdasarkan keterangan tertulis, Jumat (18/10).
Nanang berharap inovasi tersebut mampu menekan laju penurunan produksi alamiah (decline rate). Sebab, strategi PEP selama ini dalam menahan laju penurunan produksi hanya melalui pengeboran step out dan Enhanced Oil Recovery (EOR).
(Baca: Banyak Kendala, PHE Turunkan Target Investasi Menjadi US$ 366 Juta)
Saat ini PEP mengerjakan proyek EOR di lapangan migas Belimbing dan Ramba (Belira). Proyek tersebut bertujuan untuk mendongkrak produksi minyak.
PEP memprioritaskan proyek EOR di sembilan lapangan migas lainnya, yakni Lapangan Tanjung, Sukowati, Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau, Tambun dan Jatibarang. Di Lapangan Sukowati, EOR masih dalam tahap studi.
Dari upaya tersebut, PEP mencatat realisasi produksi siap jual (lifting) minyak hingga September 2019 sebesar 80,984 barel per hari (BOPD). Sedangkan realisasi lifting gas sebesar 750 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Adapun, realisasi investasi PEP baru mencapai US$ 406 juta.
(Baca: Baru 57% dari Target, Investasi Hulu Migas hingga September US$ 8,4 M)