Pertamina Gaet Mitra di Blok East Natuna untuk Pisahkan Karbondioksida

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, Gedung Pertamina di kawasan Jakarta Pusat (09/08). Pertamina menggandeng mitra di Blok East Natuna untuk mengkaji teknologi pemisah karbondioksida.
15/10/2019, 20.26 WIB

Selain itu, pemerintah tengah mengkaji beberapa insentif untuk pengembangan Blok East Natuna. Sebab, blok itu belum juga berproduksi kendati sudah ditemukan sejak 1973.

Salah satu insentif yang dikaji pemerintah yaitu keringanan pajak atau tax holiday selama lima tahun. Selain itu, ada insentif kontrak yang lebih lama hingga 50 tahun.

Ada juga insentif berupa bagi hasil yang lebih besar untuk kontraktor. Bahkan ada skenario bagi hasil migas blok tersebut bakal diberikan 100%  kepada kontraktor. 

(Baca: Blok East Natuna Akan Berproduksi 2027)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat kandungan CO2 yang mencapai 72 persen membuat biaya eksplorasi menjadi lebih mahal serta bisa berdampak terhadap lingkungan maupun pipa sehingga tidak ekonomis lagi.

Volume gas di tempat (Initial Gas in Place/IGIP) di blok East Natuna mencapai 222 TFC.  Namun cadangan gas terbukti sebesar 46 TFC, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan cadangana gas Masela yang hanya 10,7 TFC. Sementara potensi minyak di Blok East Natuna sekitar 36 juta barel (MMBO). Berikut total cadangan migas Blok East Natuna seperti dilansir dari Databoks :

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan