Perang Dagang dan Badai Dorian Melemahkan Harga Minyak Dunia

KATADATA
Ilustrasi, pngeboran minyak lepas pantai. Perang dagang dan Badai Dorian menjadi sentimen negatif bagi pergerakan harga minyak mentah dunia.
3/9/2019, 09.50 WIB

Harga minyak terus melemah dibawah tekanan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Ditambah Badai Dorian yang terjadi di AS menimbulkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak mentah.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (3/9) pagi, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober telah jatuh US$ 26 sen menjadi US$ 54,84 per barel dalam perdagangan di New York. Sedangkan di Sidney, harga minyak turun hingga US$ 3,48 menjadi US$ 54,34 per barel.

Harga minyak Brent untuk kontrak November turun US$ 1,77 menjadi US$ 58,66 per barel di bursa berjangka ICE. Sedangkan harga minyak jenis WTI untuk kontrak di bulan yang sama telah turun US$ 4,07 per barel. Harga minyak untuk kontrak Oktober yang berakhir Jumat lalu juga telah turun sebesar 7,3% dibanding bulan sebelumnya.

(Baca: Berbagai Kenaikan Tarif dan Ancaman AS -Tiongkok Selama Perang Dagang)

Sedangkan Reuters merilis harga minyak jenis Brent turun US$ 59 sen menjadi US$ 58,66 per barel setelah diperdagangkan di harga terendah sepanjang hari kemarin di level US$ 58,1 per barel. Harga minyak WTI turun SU$ 33 sen menjadi US$ 54,77 per barel. Tidak banyak aktivitas perdagangan hari ini karena libur nasional di Amerika Serikat.

Biarpun begitu, sejumlah sentimen negatif terus membayangi harga minyak dunia. Salah satunya pengaruh perang dagang.

Presiden AS Donald Trump mencoba menenangkan pasar keuangan dengan menyatakan tengah berdiskusi dengan China terkait aturan tarif pedagangan yang baru. Padahal tanggal pertemuan dengan otoritas Tiongkok belum diputuskan.

(Baca: Harga Minyak Jatuh Pasca AS Berlakukan Tarif Dagang ke Tiongkok)

Di sisi lain, Badai Dorian yang telah mencapai kekuatan kategori lima diproyeksi tidak akan mempengaruhi produksi dan kilang minyak AS. Tetapi badai tersebut akan mengurangi permintaan terhadap BBM.

Diperkirakan badai belum akan berhenti dan diproyeksi akan bergerak mendekati bibir pantai Florida pada Senin malam kemarin atau Selasa pagi ini. Badai tersebut diproyeksi akan menimbulkan hujan lebat yang menyebabkan banjir dan kurangnya pasokan listrik sehingga menimbulkan pengurangan permintaan BBM.

Selain itu, perusahaan energi Amerika juga tercatat mengurangi rig pengeboran dalam enam bulan berturut-turut hingga mencapai level terbawah sejak januari tahun lalu. Berdasarkan data Departemen Energi pada Jumat lalu, total produksi minyak Amerika telah turun pada Juni dalam dua bulan berturut-turut.

Sedangkan produksi minyak negara-negara yang tergabung dalam OPEC di Agustus lalu meningkat untuk pertama kalinya pada tahun ini setelah masuknya pasokan yang cukup tinggi dari Irak dan Nigeria. Kondisi tersebut lebih mengkhawatirkan di tengah pengurangan produksi minyak dari Saudi Arabia dan turunnya produksi minyak dari Iran karena pemberlakukan sanksi oleh AS.

(Baca: Perang Dagang, Rangkaian Saling Balas Tarif AS vs Tiongkok)