Fesyen Lokal This Is April Akan Ekspansi ke Brunei dan Singapura

Instagram/@thisisapril_
Ilustrasi, kartu member This is April. Merek fesyen lokal This is April berencana ekspansi ke Brunei Darussalam dan Singapura tahun depan.
16/8/2019, 14.47 WIB

Pemegang merek (brand) fesyen lokal, This is April berencana ekspansi ke Brunei Darussalam dan Singapura pada 2020. Perusahaan juga sudah membuka toko di Malaysia.

Pendiri sekaligus CEO This is April Maria Anggraini mengatakan, perusahaannya memiliki 64 toko di Indonesia dan satu di Malaysia. Tahun depan, ia menargetkan jumlahnya naik menjadi 100 baik di Tanah Air maupun mancanegara.

"Kami sedang kaji prospek untuk (membuka) toko di Brunei Darussalam dan Singapura dan kami harap bisa eksis di pasar Asia," kata Maria di sela-sela acara Exabytes e-Commerce Conference di Jakarta, Rabu (14/8) lalu.

This is April berdiri pada April 2012. Saat itu, merek fesyen ini hanya memiliki satu toko online, yang bertahan hingga kini. Seiring dengan perkembangan zaman, ia pun menggaet e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan JD.ID untuk memperluas pasar.

(Baca: Keriuhan Cebong dan Kampret Disebut Bisa Jadi Inspirasi Desain Fesyen)

Ia mencatat, pendapatan dari toko fisik memang lebih besar ketimbang online. Akan tetapi, penjualan pakaian secara online terus meningkat dalam empat tahun terakhir. Alhasil, cuan dari penjualan online mencapai 25% dari modal pokok.

Pemesanan melalui online pun rerata mencapai 400 paket pengiriman per hari dalam setahun. "Ini jauh berbeda saat kami ingin menjual 10 potong pakaian saja susah. Ini peningkatannya sudah sangat jauh sekali," katanya.

Produk This is April dibanderol mulai dari Rp 169 ribu. Bahan yang digunakan rerata adalah polyester dan katun. Maria menjelaskan, brand ini fokus menggaet pasar perempuan usia 25 hingga 35 tahun. Pakaiannya pun diproduksi di dalam negeri.

Strategi Bisnis This is April

Maria mengakui, dewasa ini pelaku usaha di bidang fesyen meningkat di Tanah Air. Namun, menurutnya hal itu bukan menjadi hambaran. Sebab, setiap brand memiliki identitas produk masing-masing.

Yang terpenting baginya adalah meningkatkan kualitas produk dan layanan. "Jadi sebenarnya kompetitor itu dengan diri kita sendiri, bagaimana caranya agar kami terus menjadi lebih baik," kata Maria.

Pada kesempatan itu, ia bercerita awal mula mendirikan This is April. Maria merupakan lulusan sekolah perhotelan di Sydney, Australia. Karena tertarik dengan tren busana, ia pun mendirikan This is April pada April 2012.

Ia mengaku, tren fesyennya terinspirasi oleh Zara. Merek internasional juga yang membangkitkan ambisinya untuk membuat usaha busana sendiri.

(Baca: Jokowi Janji Anggaran Bantuan Produk Lokal Masuk Mal di Luar Negeri)

Awalnya, ia hanya memiliki satu toko online. Selama tiga bulan pertama, ia hanya mampu menjual 25 produk. Untuk menjual 10 potong pakaian saja, Maria merasa sangat kesulitan. "Saat itu benar-benar tidak ada transaksi penjualan di situs kami," katanya.

Ia pun memutuskan untuk berjualan di beberapa bazar di Jakarta, untuk mengembalikan modal. Namun, ia justru semakin antusias menjajakan produknya karena banyak konsumen yang berminat.

Bahkan, salah satu penyelenggara bazar mengizinkan Maria untuk turut serta setiap pekan. "Dari situ saya senang sekali, karena ternyata produk saya cukup diminati dan hal itu membuat saya semakin yakin bahwa produk saya bisa diterima oleh pembeli," kata dia.

Kemudian, Maria mulai membuka toko ritel pertamanya di Ambasador, Jakarta pada awal 2013. Penjualannya pun terus meningkat. "Jadi saya pikir, toko retail dan toko online itu sangat tepat jika dijalankan bersamaan secara pararel," kata Maria.

Seiring perkembangan bisnisnya, ia pun meningkatkan strategi pemasaran. This is April memanfaatkan iklan di Google dan Instagram. Ia juga menggunakan jasa influencer. Ia menilai, strategi ini lebih efisien dibanding konvensional seperti iklan melalui billboard.

Ia juga bekerja sama dengan beberapa e-commerce. Secara keseluruhan, menurutnya pemasaran terintegrasi baik online maupun offline sangat membantu penjualan.

(Baca: Bekraf Cari Talenta Desainer untuk Tembus Pasar Global)

Reporter: Cindy Mutia Annur