Jakarta sebentar lagi akan menjadi tuan rumah bagi perhelatan Formula E, balap mobil listrik kelas dunia. Turnamen ini akan menggunakan jalan raya di Jakarta sebagai sirkuitnya, sama seperti yang dilakukan di negara-negara lain.
"Insya Allah jadi (pada 2020), tapi waktu persisnya, saya hanya bisa umumkan ketika bersama dengan pihak Formula E," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menghadiri pemasangan rambu-rambu (signage) dan petunjuk jalan (wayfinding) di kawasan Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (13/8).
Penyelenggaraan Formula E tahun depan merupakan musim tanding periode 2020-2021. Meski baru diselenggarakan setahun lagi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus menyiapkan uang setoran sebesar 20 juta poundsterling atau sekitar Rp 345,9 miliar kepada Federasi Otomotif Internasional (FIA) Formula E.
Persoalan biaya tidak membuat Anies khawatir. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta telah memberi lampu hijau kepada Pemprov DKI untuk mengalokasikan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Rencana penyelenggaraan Formula E juga telah mendapat restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Anies pun semakin bersemangat menyongsong balap mobil listrik ini karena ia yakin ada potensi ekonomi senilai Rp 1,2 triliun dari perhelatan tersebut.
(Baca: Anies Ingin Jakarta Jadi Tuan Rumah Balap Mobil Listrik Formula E 2020)
Mobil Balap Formula E Tak Sebising Formula 1
Nama Formula E memang belum setenar Formula 1. Musim tanding pertama Formula E dimulai pada September 2014 di sirkuit zona hijau Olimpiade Beijing, Tiongkok. Pada akhir tahun ini, Formula E akan memasuki musim kelima.
Ide penyelenggaraan turnamen ini dicetuskan oleh Jean Todt, Presiden Federasi Otomotif Internasional (FIA). Setelah Todt melakukan pertemuan dengan Alejandro Agag, mantan politisi sekaligus pebisnis Spanyol, Formula E diselenggarakan dan Agag menjadi CEO turnamen tersebut.
Formula E merupakan ajang balap mobil berkursi tunggal seperti halnya Formula 1. Perbedaan yang paling nyata adalah pada penggunaan kendaraan berbahan bakar listrik yang lebih ramah lingkungan dan rendah emisi karbonnya. Selain itu, ada perbedaan yang cukup mencolok pada kebisingan lokasi balap. Mobil-mobil yang berlaga di Formula E tidak menghasilkan suara yang bising sebagaimana Formula 1.
Tingkat kebisingan pada turnamen Formula 1 dapat mencapai 134 decibel (dB) sedangkan Formula E hanya 80 dB. Ini berarti tingkat kebisingan yang dihasilkan Formula E masih di bawah kebisingan mesin pesawat di bandara yang sebesar 90 dB. Angka kebisingan yang melebihi 80 dB akan berdampak terhadap kemunduran kemampuan mendengar manusia.
Selain itu, yang membedakan Formula E dengan Formula 1 adalah performa mobil listrik yang lebih lemah. Kekuatan maksimum mobil-mobil Formula E pada musim-musim awal hanya 200 kW. Angka tersebut tak sampai setengah dari kemampuan mobil Formula 1 yang mampu mencapai 720 kW.
Kecepatan maksimum mobil Formula E hanya 225 km/jam sehingga baru bisa mencapai 100 km/jam setelah start pada waktu 3 detik. Sementara itu, mobil Formula 1 bisa mencapai 100 km/jam hanya dalam waktu 2,1 detik setelah start. Kecepatan maksimumnya bisa mencapai 378 km/jam.
(Baca: Pemerintah Beri Insentif Bea Masuk hingga Parkir untuk Mobil Listrik)
Mobil Balap Diproduksi oleh Spark Racing Technology
Mobil balap yang digunakan selama lima musim belakang diproduksi oleh Spark Racing Technology. Ada dua jenis mobil balap listrik, yakni Spark Renault SRT 01E yang dipakai untuk empat musim pertama. Jenis yang terbaru adalah Spark SRT 05E (Gen2) yang diluncurkan pada musim tanding 2018-2019. Michelin dipercaya oleh Spark untuk memasok ban mobil.
Dibandingkan jenis lama, mobil balap listrik baru Formula E memiliki performa yang lebih baik. Model pertama memiliki tenaga maksimum 200 kW kemudian meningkat menjadi 250 kW pada model barunya. Begitupun dengan kecepatan maksimumnya yang naik dari 225 km/jam menjadi 280 km/jam.
(Baca: Perpres Mobil Listrik Ditandatangani, Toyota Siap Kembangkan Industri)
Formula E kalah pamor dibandingkan Formula 1 karena pengembangan teknologi mobil listrik juga masih terbatas. Seperti dikutip dari carthrottle.com, baterai dan motor mobil listrik Formula E memiliki keterbatasan. Namun, para penggemar Formula E yakin turnamen ini akan semakin populer seiring perkembangan teknologi mobil listrik dan semakin besarnya kepedulian terhadap lingkungan.
Perhelatan Formula E berlangsung di hampir seluruh benua, khususnya di Eropa. Hampir setiap musim, Inggris, Jerman atau Prancis menjadi lokasi balapan. Begitu pula dengan Amerika Serikat (AS) dan Meksiko.
Formula E juga pernah menyambangi negara-negara di Asia. Selain Tiongkok, beberapa negara lainnya di Asia yang pernah menjadi tuan rumah Formula E adalah Arab Saudi, Hong Kong (daerah administrasi khusus Tiongkok), dan Malaysia.
Penulis: Abdul Azis Said (Magang)