SKK Migas Minta Dukungan Menteri BUMN Tangani Tumpahan Migas Blok ONWJ

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar
Ilustrasi, petugas menyelesaikan pemasangan peralatan "Oil Boom" milik Oil Spill Response Center (OSCT) untuk melokalisir tumpahan minyak mentah di Pantai Sedari, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/8/2019). SKK Migas menganggap Pertamina belum cukup baik menangani kasus tumpahan minyak Blok ONWJ
5/8/2019, 19.47 WIB

Pertamina pun tengah melakukan pengeboran relief well hingga kedalaman 1.700 kaki (518,16 meter) dari target 9.000 meter (2743,2 meter). Diharapkan target tersebut bisa rampung dalam dua bulan kedepan sehingga sumur YYA-1 bisa diisi dengan lumur dan ditutup dengan semen.

"Penanganannya begitu, itu bisa ketutup sempurna sehingga semburan minyak tidak keluar,"ujar Fajriyah.

Selain itu, Pertamina juga melakukan penanganan di perairan utara Jawa dengan memaksimalkan penggunaan oil boom hingga 3.500 meter di sekeliling anjungan YYA-1. Pertamina juga menyiapkan empat streamer dan 44 kapal untuk mencegah tumpahan minyak mencapai garis pantai. Untuk tumpahan minyak yang terbawa ke bibir pantai, Pertamina melakukan penanganan dengan mengerahkan fishnet dan melakukan pembersihan minyak hingga muara sungai.

Hingga kini Fajriyah mengaku pihaknya belum menghitung jumlah kerugian akibat tumpahan minyak. Namun dia memastikan masyarakat yang terkenda dampak tumpahan minyak Blok ONWJ akan mendapatkan kompensasi.

"KKP, KLHK, pimpinan nelayan, kepala desa terdampak yang nanti akan memformulasikan kompensasinya seperti apa. Kan beda-beda uang kompensasinya,"katanya.

(Baca: Walhi Kritik Cara Pertamina Tangani Tumpahan Minyak Blok ONWJ)

Halaman: